A.
PENGERTIAN
MICRO TEACHING
Salah satu usaha perbaikan dalam
bidang Praktek Kependidikan yaitu dalam cara dan hasil kerja kita sebagai guru,
dimana memerlukan pengetahuan, keterampilan serta sikap tertentu untuk menjadi
guru professional yang berbeda dengan profesi lain, dengan menjalankan micro teaching.
Micro
berarti kecil, sempit, terbatas. Sedangkan teaching berarti mengajar.
Micro
teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya dikecilkan atau
disederhanakan.
Perbedaan micro teaching dan teaching
Micro teaching :
1. Dilaksanakan dalam kelas laboratorium,
2. Sekadar real teaching,
3. Siswa 5 s/d 10 orang,
4. Waktu sekitar 10 menit,
5. Bahan terbatas,
6. Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah.,
7. Dibutuhkan alat- alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang obyektif.
Teaching :
1. Dilaksanakan dalam real class room,
2. Merupakan real class room teaching,
3. Siswa 30 s/d 40 orang,
4. Waktu sekitar 45 menit,
5. Bahan luas,
6. Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi,
7. Tidak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.
Micro teaching :
1. Dilaksanakan dalam kelas laboratorium,
2. Sekadar real teaching,
3. Siswa 5 s/d 10 orang,
4. Waktu sekitar 10 menit,
5. Bahan terbatas,
6. Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah.,
7. Dibutuhkan alat- alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang obyektif.
Teaching :
1. Dilaksanakan dalam real class room,
2. Merupakan real class room teaching,
3. Siswa 30 s/d 40 orang,
4. Waktu sekitar 45 menit,
5. Bahan luas,
6. Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi,
7. Tidak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.
B. KARAKTERISTIK
MICRO TEACHING
- Jumlah siswa (5-10),
- Waktu sempit (10-15 menit),
- Menampilkan 1 jenis keterampilan,
- Materi topik tertentu,
- Observer (pengamat),
- Supervisor (Pensupervisi).
Unsur – unsur penting dalam microteaching:
-
Tujuan dan sasaran keterampilan:
-
Struktur dan organisasi:
-
Perencanaan dan jadwal:
-
Pembinaan:
-
Feed-back:
-
Siswa untuk micro teaching:
-
Sarana kegiatan.
C.
Tujuan
umum Microteaching
ð mempersiapkan mahasiswa calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan sikap sebagai guru yang professional.
Tujuan
Khusus Micro teaching
1. Dapat
menganalisa tingkah laku mengajar teman-temannya dan diri sendiri.
2. Dapat
melaksanakan keterampilan khusus dalam mengajar.
3. Dapat
mempraktikan berbagai tekhnik mengajar dengan benar dan tepat.
4. Dapat
mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif, produktif, efisien.
5. Dapat
bersikap professional keguruan.
Tujuan
Operasional Micro Teaching
1. Mengembangkan
kemampuan diri untuk mawas diri dan menilai orang lain.
2. Memungkinkan
adanya perbaikan dalam waktu singkat.
3. Menanamkan
rasa percaya diri dan sifat buka dari kritik orang lain.
4. Mengembangkan
sikap kritis.
5. Menanamkan
kesadaran akan nilai keterampilan mengajar dan komponen – komponennya.
6. Menyiapkan
bekal dalam menghadapi praktek keguruan dan memecahkan kesulitan dalam
mengajar.
7. Mengenal
kelemahan – kelemahan dan kekeliruan – kekeliruan dalam penampilan keterampilan
mengajar siswa serta tahu penampilan – penampilan yang baik.
D.
Penggunaan
Microteaching
Sesuai dengan tujuan microteaching
di atas, maka micro teaching dapat digunakan dalam:
1. Pendidikan
Pre service,yaitu bagi calon guru:
a. Sebagai
persiapan calon guru sebelum ia benar-benar berpraktek disekolah latihan dan
didepan kelas sebenarnya.
b. Sebagai
usaha perbaikan penampilan calon guru sambil berpraktek di Sekolah latihan.
2. Pendidikan
In service, yaitu bagi guru atau penilik:
a. Untuk
meningkatkan kemampuan guru yang sudah amper menjadi rutin, supaya menemukan
kelemahan-kelemahan sendiri dan berusaha memperbaikinya.
b. Untuk
meningkatkan kemampuan supervisor supaya ia tahu, apakah bimbingannya,
nasihatnya,saran-sarannya benar-benar efektif dalam membantu kualitas
guru-gurunya.
c. Untuk
percobaan melaksanakan teknik-teknik baru, sebelum teknik itu dilaksanakan
dalam kelas sebenarnya.
E.
Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika
berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematikan yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari
melalui materi aljabar, geometri, logika matematika, peluang dab statistika.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan , mengkomunikasikan gagasan
melalui model matematikayang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,
diagram, grafik dan table.
Pembelajaran
matematika memiliki tujuan sebagai berikut:
- Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnyamelalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten.
- Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba – coba.
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta dan diagram.
F.
Strategi
Pembelajaran Matematika
Guru
perlu memiliki kemampuan untuk mempersiapkan rancangan pembelajaran
matematikakarena komponen-komponen dalam rancangan pembelajaran seperti; metode
pembelajaran, organisasi kelas, metode penilaian, alat/sumber belajar, dan
alokasi waktu yang digunakan tidak tercantum secara eksplisit dalam kurikulum.
Hal ini, akan memberikan peluang pada guru untuk mengelola kurikulum secara
optimal dan benar – benar disesuaikan dengan sumber daya dan kebutuhan sekolah.
Ada
tiga hal yang harus diperhatikan untuk mengembangkan rancangan pembelajaran
matematika bebasis kompetensi yaitu apa yang akan diajarkan, bagaimana cara
mengajarkannya dan bagaimana cara mengetahui bahwa apa yang diajarkan dapat
dipahami oleh siswa.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran Matematika
adalah:
- Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau prisip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
- Dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi prasyarat yang diperlukan.
- Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup (mempunyai solusi tunggal) dan masalah terbuka (masalah dengan berbagai cara penyelesaian).
Beberapa
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah:
- Memahami soal
Memahami
dan mengidentifikasi apa fakta dan informasi yang diberikan, apa yang
ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
- Memilih pendekatan atau strategi pemecahan
Misalkan
menggambarkan masalah dalam bentuk
diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep
yng relavan untuk membentuk model atau kalimat matematika.
- Menyelesaikan soal
Melakukan
operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi
dari masalah.
- Menafsirkan solusi
Memperkirakan
dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan
pemecahan terhadap masalah semula.
Dalam
setiap kesempatan, Pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah – masalah yang kontekstual, siswa dapat
secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep – konsep Matematika. Selain
itu juga, dapat memotivasi siswa untuk menyenangi matematika karena mengetahui
keterkaitan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari – hari.
G.
Penilaian
Pembelajaran Matematika
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penilaian pembelajaran matematika:
- Valid
Penilaian
harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, misalnya
apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan
eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang dinilai.
- Mendidik
Penilaian
harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar siswa. Hasil
penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa
yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang kurang berhasil
dan keterlibatan sikap mental siswa lebih bermakna dalam konteks pembelajaran
tersebut.
- Berorientasi
Penilaian
harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikilum.
- Adil
Penilaian
harus adil terhadap seluruh siswa dengan tidak mebedakan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
- Terbuka
Kriteria
penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua
pihak.
- Bekesinambungan
Penialaian
dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan belajar siswa.
- Menyeluruh
Penilaian
dapat dilakukan dengan berbagai metode dan prosedur termasuk mengumpulkan
berbagai bukti hasil belajar (portofolio). Penilaian terhadap hasil belajar
siswa harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dam bertindak.
- Bermakna
Penilaian
hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna, dan dapat ditindak lanjuti
oleh semua pihak.
Beberapa
aspek kemampuan yang perlu diperhatikan dalam penilaian terhadap siswa:
- Penalaran konsep
Siswa
mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan member contoh atau bukan contoh dari konsep.
- Prosedur
Siswa
mampu mengenali prosedur atau proses mnghitung yang benar dan tidak benar.
- Komunikasi
Siswa
mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau
mendemonstrasikan.
- Penalaran
Siswa
mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana.
- Pemecahan masalah
Siswa
mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian dan menyelesaikan
masalah.
Penilaian
hendaknya berfungsi untuk:
1. Mengetahui
kemajuan belajar siswa.
2. Mendiagnosis
kesulitan belajar.
3. Memberikan
umpan balik.
4. Melakukan
perbaikan.
5. Memotivasi
guru agar mengajar lebih baik.
6. Memotivasi
siswa untuk belajar lebih baik.
Beberapa
metode penilaian yng dapat digunakan dalam melakukan penilaian adalah:
- Kuis
Bentuknya
berupa isian singkat dan menanyakan hal – hal yang prinsip. Biasanya dilakukan
sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5-10 menit. Kuis dilakukan untuk
mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.
- Pertanyaan lisan
Materi
yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema.
Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
- Ulangan harian
Ulangan
harian dilakukan secara periodik diakhir pembelajran satu atau dua kompetensi
dasar. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi,
dan analisis.
- Ulangan blok
Ulangan
blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi
dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman
sampai dengan evaluasi.
- Tugas individu
Tugas
individu dapat diberikan pada
waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan keliping, makalah dan sejenisnya.
Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisa, sampai sintesa dan
evaluasi.
- Tugas kelompok
Tugas
kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrument
yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkay berpikir tinggi
yaitu aplikasi sampai evaluasi. Hasil kerja kelompok ini dapat dipresentasikan
didepan kelas dan ditanggapi bersama dengan tujuan untuk melatih siswa
berbicara didepan umum dan menguasai kompetensi serta menumbuhkembangkan sikap
mandiri.
H.
Keterampilan
– Keterampilan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
1.
Keterampilan
Membuka Dan Menutup Pelajaran
Ø Keterampilan Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan
prakondisi siswa agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya.
a. Tujuan
keterampilan membuka pelajaran, yaitu untuk:
1)
Membantu siswa mempersiapkan diri agar
sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya.
2)
Menimbulkan minat dan perhatian siswa
pada apa yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar.
3)
Membantu siswa agar mengetahui
batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
4)
Membantu siswa agar mengetahui hubungan
antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang
akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
b. Komponen
– komponen dalam keterampilan membuka pelajaran yaitu:
1)
Menarik perhatian siswa, diantaranya
dengan cara:
a) Melakukan
variasi dalam mengajar.
b) Menggunakan
alat bantu mengajar.
c) Melakukan
variasi dalam pola interaksi.
2)
Memotivasi siswa, diantaranya denngan
cara:
a) Menimbulkan
kehangatan dan keantusiasan.
b) Menimbulkan
rasa ingin tahu.
c) Mengemukakan
ide yang bertentangan.
d) Memperhatikan
minat siswa.
3)
Member acuan, dengan cara:
a) Mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas.
b) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
c) Menyarankan
langkah-langkah yang harus ditempuh siswa dalam kegiatan pebelajaran
4)
Membuat kaitan, diantaranya dengan
menghubungkan minat, pengalaman, dan hal – hal yang dikenal oleh siswa ketika
guru melakukan kegiatan pembelajaran.
Ø Keterampilan Menutup Pelajaran
Keterampilan menutup pelajaran ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran.
a.
Tujuan keterampilan menutup pelajaran,
yaitu untuk:
1)
Mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran.
2)
Mengetahui tingkat keberhasilan guru
dalam membelajarkan pada siswa.
3)
Membantu siswa agar mengetahui hubungan
antara pengalaman – pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal yang baru
saja dipelajarinya.
b.
Komponen
keterampilan menutup pelajaran, yaitu:
1) Meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran atau membuat ringkasan.
2) Mengevaluasi,
dengan cara:
a) Mendemonstrasikan keterampilan.
b) Mengaplikasikan ide baru.
c) Mengekspresikan pendapat siswa sendiri.
d) Memberi soal-soal lisan maupun tulisan.
e) Mengadakan pengayaan, tugas mandiri, maupun
tugas terstruktur.
c.
Prinsip
– prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran, yaitu:
a)
Bermakna
Untuk menarik perhatian siswa atau
memotivasi siswa harus sesuai dengan isi dan tujuan pelajaran. Cerita singkat
atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran hendaknya dihindarkan.
b)
Berurutan dan Berkesinambungan
Kegiatan ini dilakukan oleh guru dalam
memperkenalkan/merangkum kembali pelajaran sebagai bagian dari kesatuan yang
utuh. Perwujudan prisnip berurutan dan berkesinambungan ini memerlukan adanya
suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai dengan minat siswa, ada kaitan
logis antara satu bagian dengan lainnya, sehingga dapat disusun rantai
kognisiyang jelas dan tepat.
2.
Keterampilan
Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam
pembelajaran yaitu keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu
bagian dengan bagian yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi
yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek
yang sangat penting dalam kegiatan seorang guru. Interaksi di dalam kelas
cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan,
baik oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun antara siswa dengan
siswa.
a. Tujuan
keterampilan menjelaskan, yaitu:
1)
Membimbing siswa memahami materi yng
dipelajari.
2)
Melibatkan siswa untuk berpikir dengan
memecahkan masalah – masalah.
3)
Untuk memberikan balikan kepada siswa
mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4)
Membimbing siswa untuk menghayati dan
mendapat proses penalaran serta menggunakan bukti – bukti dalam pemecahan
masalah.
5)
Menolong siswa untuk mendapatkan dan
memahami hukum, dalil,dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan
bernalar.
b. Komponen
– komponen keterampilan menjelaskan, yaitu:
1)
Komponen merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru
perlu direncanakan dengan baik, terutama dengan isi pesan dan penerima pesan.
I.
Isi pesan (materi), meliputi:
Ø Analisis
masalah secara keseluruhan, dalam hal ini termasuk mengidentifikasikan unsur –
unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
Ø Penemuan
jenis hubungan yang ada antara unsur – unsur yang dikaitkan tersebut.
Ø Penggunaan
hukum atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
II.
Penerima pesan
Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan
penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada
kesiapan anak yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis
kelamin, usia, kemampuan, latar belakang, sosial dan lingkungan belajar. Oleh
karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut.
2)
Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat
ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan
mnggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari penggunaan
ucapan-ucapan dan istilah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh siswa.
b) Penggunaan
contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya
menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat
ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari – hari.
c) Pemberian
tekanan
Dalam meberikan penjelasan, guru harus
mengarahkan perhatian siswa agar terpusat pada masalah pokok dan mengurangi
informasi yang tidak penting. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan tanda atau
isyarat lisan, seperti “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”
atau “perhatikan yang ini agak susah”.
d) Penggunaan
balikan
Guru hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika
penjelasan itu diberikan. Berdasarkan balikan itu, guru perlu melakukan
penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan
atau mengulangi kembali hal – hal yang penting. Balikan tentang sikap siswa
dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan
tentang pemahamn mereka.
c. Prinsip
– prinsip keterampilan menjelaskan, yaitu:
1) Penjelasan
dapat diberikan pada awal, ditengah, ataupun diakhir jam pertemuan (pelajaran),
tergantung pada keperluannya. Penjelasan itu juga, dapat diselingi dengan
tujuan pembelajaran.
2) Penjelasan
harus relevan dengan tujuan pembelajaran.
3) Guru
dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari siswa ataupun yang direncanakan
oleh guru sebelumya.
4) Materi
penjelasan harus bermakna bagi siswa.
5) Penjelasan
harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
3.
Keterampilan
Bertanya
Brown, dalam Hasibuan (1994) menyatakan
bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu
pada diri siswa. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi
kegiatan belajar siswa merupakan suatu hal yang tidak mudah. Oleh karena itu,
seorang guru hendaklah beruasaha agar memahami dan menguasai penggunaan
keterampilan bertanya.
Keterampilan bertanya dibedakan atas
keterampilan mengajar bertanya tingkat dasar dan keterampilan mengajar bertanya
tingkat lanjut. Keterampilan bertanya tingkat dasar mempunyai komponen dasar
yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan
bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar dan
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan mendorong mereka
agar dapat mengambil inisiatif sendiri.
a.
Tujuan pertanyaan yang diajukan kepada
siswa, yaitu:
1) Membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan.
2) Memusatkan
perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.
3) Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang mengahambat siswa dalam belajar.
4) Mengembangkan
cara belajar siswaaktif.
5) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
6) Mendorong
siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.
7) Menguji
dan mengukur hasil belajar.
b.
Komponen-kompenen keterampilan bertanya,
yaitu:
1) Keterampilan
bertanya tingkat dasar
a) Penggunaan
pertanyaan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata – kata yang mudah
dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf dan perkembangannya.
b) Pemberian
acuan sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan
berupa pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang
diharapkan dari siswa.
c) Pemindahan
giliran. Adakala satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa,
karena jawaban belum benar atau belum memadai. Untuk itu, guru dapat
menggunakan tekhnik pemindahan giliran. Mula-mula guru mengajukan pertanyaan
kepada seluruh siswa, kemudian memilih salah seorang siswa untuk menjawab,
dengan cara menyebut namanya atau dengan menunjuk siswa itu.
d) Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam pelajaran, guru perlu
menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan secara acak. Ia hendaknya
berusaha agar siswa mendapat giliran secara merata.
e) Pemberian
waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu
memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang
siswa untuk menjawabnya.
f) Pemberian
tuntunan\. Bila seorang siswa memberikan jawaban salah atau tidak dapat
memberikan jawaban, guru hendaknya memberikan kepada siswa itu, agar ia dapat
menemukan sendiri jawaban yang benar.
2) Keterampilan
bertanya tingkat lanjutan
a) Perubahan
tuntunan kognisi dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang dikemukakan oleh
guru dapat mengandung proses mental yang berbed-beda dari proses mental yang
rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan
pertanyaan guru hendaknya beruasaha mengubah tuntunan tingkat kognisi
dalam menjawab pertanyaan dari tingkat
yamg paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman , penerapan, analisis,
dan sintesis.
b) Pengaturan
urutan pertanyaan. Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari yang sifatnya lebih
rendah ke arah lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan
pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
c)
Penggunaan
pertanyaan pelacak. Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar
oleh guru, tetapi masih dapat
ditingkatkan menjadi sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pelacak kepada siswa tersebut.
d) Peningkatan
terjadinya interaksi. Agar siswa lebih terlihat secara pribadi dan lebih
bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi
atau menghilangkan peranan sebagai penanya sentral dengan cara mencegah
pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Dan jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi
melontarkankembali kepada siswa lainnya.
c.
Prinsip-prinsip keterampilan bertanya, yaitu:
1) Kehangatan
dan antusias
Peningkatan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran, guru perlu menunjukkan sikap, baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban dari siswa. Sikap dan gaya guru
termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan dan posisi badan menampakkan ada
tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
2) Kebiasaan
yang perlu dihindari
a) Jangan
mengulang-ulang pertanyaan apabila siswa tak mampu menjawab.
b) Jangan
mengulang-ulang jawaban siswa.
c) Jangan
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan
untuk menjawabnya.
d) Usahakan
agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak, karena guru tidak
mengetahui dengan pasti siapa yang
menjawab dengan benar dan siapa yang salah.
e) Menentukan
siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu,
pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dulu kepada seluruh siswa, baru kemudian
guru menunjuk salah seorang untuk menjawab.
f) Pertanyaan
ganda. Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda,
menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
4.
Keterampilan
Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu
tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah
laku tersebut.
a) Tujuan
keterampilan memberi penguatan, yaitu:
1) Meningkatkan perhatian siswa pada pelajaran.
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Memudahkan siswa untuk belajar.
4) Mengeliminir tingkah laku siswa yang negatif
dan membina tingkah laku positif siswa.
b) Komponen-komponen
memberi penguatan, yaitu:
1) Penguatan verbal
Penggunaan verbal biasanya diutarakan
dengan mnggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya.
Misalnya: “pintar sekali”, “bagus”, “betul”.
2) Penguatan non verbal
Penguatan ini meliputi beberapa hal,
seperti:
a. Penguatan
berupa gerakan mimikdan badan, misalnya: acungan jempol, senyuman, kerut
kening, wajah cerah.
b. Penguatan
dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk dekat siswa, berdiri di samping
siswa, berjalan di sisi siswa.
c. Pengaturan
dengan kegiatan menyenangkan. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan
kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya:
apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta
untuk membantu teman lainnya.
d. Penguatan
berupa symbol dan benda, misalnya kartu bergambar lecana, bintang dari
plastik.
e. Penguatan
tak penuh, yang diberikan apabila siswa memberikan jawabannya sebagian yang
benar. Dalam hal ini, guru tidak boleh langsung menyalahkan siswa, tetapi
sebaiknya memberikan penguatan tak penuh, misalnya “ya, jawaban mu sudah baik,
tetapi masih dapat disempurnakan” sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa
jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk
menyempurnakannya.
c) Prinsip-prinsip
meberi penguatan
1) Kehangatan dan antusias
2) Kebermaknaan
3) Menghindari respon yang negative.
4) Penguatan pada perseorangan.
5) Penguatan pada kelompok siswa.
6) Penguatan yang diberikan dengan segera.
7) Penguatan yang diberikan secara variatif.
5.
Keterampilan
Mengguanakan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana
pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
a. Tujuan
keterampilan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Memperjelas penyajian pesan agar terlalu
verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya
indera.
3) Memperlancar jalannya proses pembelajaran.
4) Menimbulkan kegairahan belajar.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
b. Komponen-komponen
keterampilan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Media audio, yaitu media yang digunakan
sebagai alat bantu pembelajaran yang mempunyai sifat dapat didengarkan oleh
siswa, seperti audio.
2) Media visual, yaitu media yang digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran yang mempunyai sifat dapat dilihat oleh siswa, seperti peta.
3) Media audio visual, yaitu media yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai sifat dapat
dilihat dan didengar oleh siswa, seperti TV Eduksi.
c. Prinsip-prinsip
keterampilan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Tepat guna, artinya media pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan kompetensi dasar.
2) Berdaya guna, artinya media pembelajaran yang
digunakan mampu meningkatkan motivasi siswa.
3) Bervariasi, artinya media pembelajaran yang
digunakan mampu mendorong sikap aktif siswa dalam belajar.
6.
Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu
proses percakapan yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap
muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman,
mengambil keputusan, memecahkan suatu masalah. Jadi, pengertian keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan
membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif.
a. Tujuan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
1) Siswa dapat
memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau
masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2) Siswa
dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
3) Siswa
terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
b.
Komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan
topik diskusi.
2) Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat.
3) Menganalisis pandangan/pendapat siswa.
4) Meningkatkan usulan siswa.
5) Menyebarluaskan kesempatan berpartisipasi.
6) Menutup
diskusi.
c.
Prinsip-prinsip keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, yaitu:
1) Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim
terbuka”. Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi,
kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima, dan mengenal lebih jauh
topik diskusi, dan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua
anggota kelompok mempunyai keinginan untuk mengenal dan dihargai, dapat merasa
aman, dan bebas mengemukakan pendapat.
2) Perlu perencanaan dan persiapan yang matang,
meliputi:
Ø Topik
yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan
kemampuan siswa.
Ø Masalah
hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal.
Ø Adanya
informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama.
Ø Guru
harus benar-benar siap dengan sumber informasi sebagai motivator sehingga mampu
memberikan penjelasan dan mengerjakan pertanyaan- pertanyaan yang dapat
memotivasi siswa.
7.
Keterampilan
Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
a. Tujuan
keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1) Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya
sesuai tujuan pembelajaran
2) Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya
yang menyimpang dari tujuan pembelajaran.
3) Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran
dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Membina hubungan interpersonal yang baik
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran
menjadi efektif.
b. Komponen-komponen
keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal, efisien,
dan efektif.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan
respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan. Dalam hal ini, guru
dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal.
c. Prinsip-prinsip
keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1) Memodifikasi tingkah laku. Guru hendaknya
menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah dan memodifikasi tingkah
laku tersebut dan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah
kelompok dengan cara: memperlancar tugas-tugas, memelihara kegiatan kelompok,
memelihara semangat siswa, dan menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk
mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab
dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha
untuk menemukanpemcahannya.
8.
Keterampilan
Mengadakan Variasi
Kehidupan
akan lebih menarik jika penuh dengan variasi. Begitu dalam kegiatan belajar
mengajar. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa serta mengurangi
kejenuhan dan kebosanan. Keterampilan mengadakan variasi ini dapat juga dipakai
untuk penggunaan keterampilan mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan
keterampilan bertanya, member penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
a.
Tujuan keterampilan mengadakan variasi,
yaitu:
1) Menimbulkan
dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran.
2) Memupuk
tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara
mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
b.
Komponen-komponen keterampilan
mengadakan variasi, yaitu:
1) Variasi
dalam gaya mengajar, yang meliputi penggunaan variasi suara, pemusatan
perhatian siswa, kesenyapan guru, mengadakan kontak pandang dan gerak, gerakan
badan dan mimik, serta pergantian posisi guru didalam kelas.
2) Variaasi
dalam penggunaan media pembelajaran, meliputi: media yang dapat dilihat, media
yang dapat didengar, media yang dapat diraba, serta media yang dapat didengar,
diraba dan dilihat.
3) Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa. Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh
guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
c.
Prinsip-prinsip keterampilan mengadakan
variasi, yaitu:
1) Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat
dianjurkan. Sedangkan pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan
dan dapat mengganggu proses belajar mengajar.
2) Variasi
harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak menggannggu pelajaran.
3) Variasi
harus direncanakan secara baik dan
secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
9.
Keterampilan
Mengajar Perorangan dan kelompok kecil
- Tujuan mengajar perorangan dan kelompok kecil, yaitu:
1) Tujuan
keterampilan mengajar perorangan.
a) Memberikan
rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa.
b) Mengembangkan
daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa.
c) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif.
d) Membentuk
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan
siswa.
2) Tujuan
keterampilan mengajar kelompok kecil.
a) Meningkatka
kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok.
b) Memberi
kesempatan untuk memecahkan masalah dan cara hidup secara rasional dan
demokratis.
c) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong
royong.
- Komponen-komponen keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil, yaitu:
1) Keterampilan
merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran.
Hal ini berhubungan dengan pengembangan
program / kurikulum. Guru harus terampil membuat perencanaan pembelajaran yang
sesuai dengan program dan kebutuhan siswa, serta mampu melaksanakan kegiatan
tersebut. Dengan demikian, guru dituntut mampu dan terampil mendiagnosis
kemampuan akademik siswa, gaya belajar, kecenderungan minat dan tingkat
disiplin siswa. Berdasarkan analisis tersebut, guru diharapkan mampu menetapkan
kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan siswa memikul tanggung jawab
sendiri dalam belajar.
2) Keterampilan
mengorganisasi.
Selama kegiatan pembelajaran perorangan / kelompok kecil
berlangsung, guru berperan sebagai organisator. Guru bertugas dan memonitor
kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
3) Keterampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi.
Salah satu ciri dalam pengajaran
perorangan / kelompok kecil ialah terjadinya hubungan sehat dan akrab antara
guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Hal ini akan terjadi, apabila guru
dapat menciptkan suasana yang terbuka sehingga benar-benar terasa bebas dam
leluasa untuk mengemukakan pendapat. Disamping itu, siswa mempunyai
keyakinan bahwa guru akan selalu siap
mendengarkan atau memperhatikan pendapatnya dan bersedia membantu apabila
diperlukan.
4) Keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar.
Mengajar perorangan / kelompok kecil
berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri. Agar siswa
benar-benar dapat belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus
terampil dalam membantu siswa agar mudah belajar dan tidak mengalami patah
semangat.
- Prinsip-prinsip keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil, yaitu:
1) Prinsip-prinsip
keterampilan mengajar perorangan, yaitu:
a) Guru
perlu mengenal siswa secara pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur
dengan tepat.
b) Siswa
bekerja bebas dengan bahan yang telah siap pakai, seperti: modul, paket belajar,
atau dengan bahan yang telah disiapkan oleh guru sendiri.
c) Tidak
semua mata pelajaran cocok disajikan secara perorangan.
2) Prinsip-prinsip
keterampilan mengajar kelompok kecil, yaitu:
a) Mengajar
di dalam kelompok kecil yang bercirikan:
1. Memiliki
keanggotaan yang jelas.
2. Terdapat
kesadaran kelompok.
3. Memiliki
tujuan bersama.
4. Saling
tergantung dalam memenuhi kebutuhan.
5. Ada
interaksi dan komunikasi antar anggota.
6. Ada
tindakan bersama.
b) Kualitas
kelompok diharapkan dapat berperan secara aktif, apabila syarat-syarat kelompok
dipenuhi, yaitu:
1. Terjadi
hubungan yang akrab diantara sesama anggota.
2. Terjadi
hubungan yang erat dan kompak diantara anggota kelompok.
3. Para
anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4. Para
anggota memiliki rasa kebersamaan yang kuat.
c) Pedoman
pelaksanaan.
1. Pembentukan
kelompok, yang meliputi:
Ø Sebaiknya
jumlah anggota kelompok antara 5-7 orang dengan pertimbangan bahwa semakin
banyak anggota, maka semakin berkurang efektivitas dan aktivitas belajar setiap
anggota.
Ø Pembentukan
kelompok berdasarkan minat, pengalaman, dan prestasi.
2. Perencanaan
tugas kelompok.
Tugas
yang dimaksud dapat bersifat paralel maupun komplementer.
3. Persiapan
dan perencanaan.
Guru
perlu menyiapkan dan merencanakan pengaturan tempat, ruangan, alat, sumber
belajar yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara efektif bagi
setiap kelompok.
d) Pelaksanaan
yang meliputi beberapa hal berikut:
1) Pelajaran
diawali dengan petemuan klasikal, untuk memberikan informasi umum kepada siswa.
2) Guru
mempersilahkan masing-masing kelompok untuk melaksanakan tugas ditempat yang
tersedia.
3) Guru
melakukan supervisi dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran dalam
kelompok.
Daftar
pustaka
Dimyati, Mudjiono.(2006).
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Irzani. (2009). Stratetgi Belajar Mengajar Matematika.
Yogyakarta: Media Grafindo Press.
N.K. Roestiyah. (2008).
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saud Udin Syaefudin.
(2010). Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Alfabeta.
No comments:
Post a Comment