Tuesday, 1 May 2012

DINAMIKA NAHDLATUL WATHAN DI SUMBAWA


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Hadirnya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, di Pulau Lombok NTB tidak sekedar menambah kesemarakan keberagaman masyarakat Muslim, tetapi berhasil membangun peradaban baru yang bercorak Islam, khususnya bidang pendidikan dan politik. Selain dikenal sebagai ulama, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid seringkali tampil menjadi pelopor perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialisme. Di tengah agenda perjuangan mempertahankan kedaulatan negara, tahun 1937, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang dikhususkan untuk pelajar pria. Enam tahun kemudian didirikan lembaga pendidikan Islam formal khusus pelajar wanita yang disebut Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI).
Dalam perkembangannya, NW mengalami penyebaran hingga ke Pulau Sumbawa. Khusus masyarakat Sumbawa, sudah sepantasnya mengetahui perkembangan Islam yang ada di Sumbawa, salah satunya organisasi NW ini. Namun sampai saat ini kami belum menemukan referensi yang membahas khusus tentang dinamika NW di Sumbawa. Karena itu kami mencoba untuk menyusun makalah ini sebagai salah satu referensi yang bisa digunakan untuk mempelajari dinamika NW di Sumbawa.
2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa permasalahan yang terungkap dalam makalah ini, yang meliputi:
1.      Bagaimanakah awal mula terbentuknya NW?
2.      Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
3.      Melalui jalur apa saja NW masuk ke Sumbawa?
4.      Bagaimanakah perkembangan NW di Sumbawa?
3.      Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat kami rumuskan permasalahannya yaitu: ”Bagaimanakah dinamika Nahdlatul Wathan di Sumbawa?”.
4.      Tujuan
            Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pembahasan kali ini adalah untuk mengetahui ”dinamika Nahdlatul Wathan di Sumbawa”.
5.      Manfaat
5.1  Manfaat Teoritis
   Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan perkembangan Nahdlatul Wathan di Sumbawa.
5.2 Manfaat Praktis
   Sebagai acuan dan landasan dalam pengetahuan tentang Nahdlatul Wathan.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Dinamika
            Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok itu, semangat kelompok terus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. (Yulia Putri, 2010)
           
B. Nahdlatul Wathan
            Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata Arab, yaitu : “Nahdlah” dan “al wathan”. Nahdlah berarti kebangkitan pergerakan, pembangunan. Al Wathan berarti tanah Air atau Negara. Jadi Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara. (Saharudin. 2009)

C. Azas, Aqidah, dan Tujuan NW
            NW sebagai organisasi kemasyarakatan melaksanakan segala amal usaha sesuai dengan azas organisasi. Sedangkan sebagai organisasi keagamaan, NW menganut dan menerapkan syariat Islam sesuai aqidahnya. Azas dan aqidah organisasi merupakan landasan perjuangan organisasi dalam mencapai tujuannya. Pasal 2 Anggaran Dasar Nahdlatul Wathan menetapkan :
  1. Azas NW adalah: ”NW berazaskan ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  2. Aqidah NW adalah Islam ahlussunnah wa al jama’ah mashabil Imam Syafi’i RA.
  3. Tujuan NW adalah lillahi kalimatillah waizzil islam wal muslim dalam rangka mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Muhammad Zainuddin. 2009)

D. Awal Berdirinya NWDI dan NBDI
Di tengah gerakan perjuangan merebut kemerdekaan pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1937 M, Zainuddin mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Lembaga pendidikan ini memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia-Belanda tanggal 17 Agustus 1937 M. Sedang madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang khusus untuk wanita didirikan tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H, bertepatan dengan tanggal 21 April 1943 M. (Masnun,2007:26)
Pendirian organisasi NW dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya suatu badan yang dapat berfungsi sebagai koordinator, pembimbing dan pengayom dari kegiatan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang telah berkembang pesat dengan banyaknya cabang-cabang kedua madrasah itu tersebar diberbagai wilayah dan desa di Pulau Lombok. Kedua madrasah itu, NWDI dan NBDI kini telah diintegrasikan menjadi Pondok Pesantren Darun Nahdlatain NW (PPDNW) Pancor yang menjadi induk madrasah NW yang tersebar diwilayah nusantara. (Muhammad Zainuddin. 2009)
E. Kebijakan Umum Pengurus Wilayah
  1. Membangun organisasi yang solid, kompak dan bersatu. yang akan diwujudkan melalui pelaksanaan konsolidasi organisasi, konsolidasi wawasan dan konsolidasi personil
  2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah Nahdlatul Wathan.
  3. Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Ekonomi Nahdlatul Wathan.
  4. Membangun jaringan kerjasama (network) untuk kemajuan organisasi Nahdlatul Wathan serta menggalang dana perjuangan organisasi untuk menjamin pelaksanaan program secara berkelanjutan.
  5. Meningkatkan kesadaran hukum , posisi tawar (bargaining position), partisipasi dan kontribusi warga Nahdlatul Wathan dalam Pembangunan Nasional dan Daerah. (Muhammad Zainuddin.2009)
BAB III
METODE PENELITIAN

1.      Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan pada makalah ini  adalah metode penelitian kualitatif. Data kualitatif di kumpulkan dengan menggunakan buku yang secara khusus disediakan untuk mencatat keterangan kualitatif tambahan terhadap pertanyaan yang disiapkan secara langsung di lokasi penelitian.

2.      Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada dinamika NW di Sumbawa. Karena makalah ini masuk dalam kategori pergerakan organisasi, maka obyek kajiannya adalah pengalaman tokoh-tokoh NW pada masa lalu hingga sekarang. Oleh karena itu, data yang hendak dihimpun adalah dinamika NW mulai dari pusat, pergerakannya hingga sampai ke Sumbawa dan pergerakannya di Sumbawa hingga sekarang.

3.      Lokasi dan Situs Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 3 tempat di wilayah kabupaten Sumbawa, yaitu di daerah Surya Bakti kelurahan Pekat, Jalan Yos Sudarso  Kelurahan Uma Sima, dan di daerah Gunung Galesa kecamatan Moyo Hilir. Kegiatan ini mencakup studi kepustakaan, serta penelitian lapangan yang bertujuan untuk menghimpun semua informasi tentang Dinamika NW di Sumbawa.
4.      Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan diperoleh dari sumber wawancara. Data-data wawancara diperoleh dari aktivis organisasi NW yang punya andil dalam pergerakan NW di Sumbawa.

5.      Tekhnik Pengumpulan Data
      Tekhnik pengumpulan data antara lain dengan penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data dengan metode ini adalah untuk meneliti karya yang berkaitan dengan Nahdlatul Wathan pasca meninggalnya Zainuddin.
      Tekhnik lain yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah interview (wawancara) yaitu melakukan wawancara secara mendalam mengenai beberapa aspek yang diperlukan untuk dikaji, khususnya perkembangan organisasi NW di Sumbawa. Wawancara dilakukan dengan tiga koresponden (narasumber) yang di yakini mengetahui dan terlibat langsung dalam pergerakan NW di Sumbawa. Nara sumber tersebut yakni H. Putra Akbar , H. Mas’un , dan H. Agus Salim.
Dari informasi tertulis yang kami dapatkan, belum ada kajian atau penelitian yang mengkhususkan pembahasannya pada Dinamika NW di Sumbawa. Meski demikian, sumber-sumber tertulis tersebut cukup bermanfaat untuk dijadikan bahan acuan dan perbandingan dalam penulisan makalah ini.


6.      Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, adapun data yang di analisis adalah data skunder dan primer. Data sekunder berupa materi materi yang didapat dari perpustakaan. Data primer dalam penelitian ini ialah hasil wawancara terhadap responden
             
BAB IV
HASIL WAWANCARA DAN PEMBAHASAN

Data wawancara:  Q = Penanya
                             A = Narasumber
4.1 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Putra Akbar, Rabu,12 Mei 2011.
Q:  Kapan masuknya NW ke Sumbawa?
A:  NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an,
Q:  Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
A:  NW pertama kali masuk ke Sumbawa melalui orang-orang Lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran,
Q:  Melalui jalur apa NW masuk ke Sumbawa?
A:  NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan,
Q:  Bagaimana kehidupan masyarakat di Sumbawa sebelum masuknya NW?
A:  Dalam dunia pendidikan kehidupan masyarakatnya masih kurang. Kalau dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan,
Q:  Bagaimana interaksi NW dengan kebudayaan di Sumbawa?
A: NW berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa,
Q:  Bagaimana Dinamika NW di Sumbawa?
A: Dinamika NW di Sumbawa saya rasa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus  membangun sekolah-sekolah dan pesantren.
Pembahasan:
            NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an melalui orang-orang Lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran. NW masuk ke Sumbawa melalui beberapa jalur yaitu, jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan.
            Sebelum NW masuk ke Sumbawa, kehidupan masyarakat dalam dunia pendidikan masih kurang. Sedangkan dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan.
            NW dengan mudah berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa. Dinamika NW di Sumbawa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus  membangun sekolah-sekolah dan pesantren.

4.2 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Mas’un (Ketua IKL), kamis,13 Mei 2011.
Q:  Apa  pengertian NW?
A:  Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air.
Q:  Apa tujuan pendirian NW?
A:  Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
      1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Q:  Bagaimanakah masuknya NW di Sumbawa?
A: Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
  1. Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
  2. Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
  3. Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.
Q:  Bagaimanakah perkembangan NW di Sumbawa?
A:  1. Dalam bidang pendidikan :
a.       Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa,
b.      Pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk,
c.       Pendirian Pondok Pesantren di Alas.
      2. Dalam bidang sosial :
a.       Masyarakat NW memiliki sifat kegotongroyongan yang kuat,
b.      Melakukan khitanan massal,
c.       Menghadiri upacara kematian.
      3. Dalam bidang dakwah :
a.       Melaksanakan pengajian yang difasilitasi oleh muslihat NW. Pengajian tersebut dilakukan di rumah-rumah warga secara bergantian sekaligus diadakannya arisan oleh kaum ibu-ibu.
b.      Dilakukannya mukaddimah hizb NW, misalnya di daerah Surya Bakti, hizb NW tersebut dilakukan secara rutin setiap malam jum’at.
Q:  Apa penyebab pecahnya NW pusat?
A:  Adanya perbedaan pendapat para tokoh NW di pusat mengakibatkan NW di pulau Lombok pecah menjadi 2 yaitu NW Anjani dan NW Pancor.
Q: Bagaimana pengaruh perpecahan NW di pusat terhadap perkembangan NW di Sumbawa?
A:  Para tokoh NW di Sumbawa tidak memandang adanya perbedaan di pusat, mereka menerima semua keputusan yang ditentukan dari NW Pancor maupun dari NW Anjani. Di daerah Sumbawa, tokoh NW dan masyarakatnya hanya mengenal NW Samawa saja.
Q:  Terimakasih atas informasi dan waktu Bapak.
Pembahasan:
            Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air. Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
      1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
1.      Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
2.      Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
3.      Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.

4.3 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Agus Salim (Penasehat NW), Jum’at, 14 Mei 2011.
Q: Begini pak, jika tidak keberatan kami dari STKIP Hamzanwadi Selong Multi Kampus Sumbawa hendak menanyakan hal yang berkaitan dengan NW di Sumbawa ?
A:  Oh silakan. Apa yang bisa saya bantu ?
Q:  Bagaimanakah dinamika NW di Sumbawa ?
A:  Awal mulanya NWDI mendapat izin dari pemerintahan Hindia-Belanda pada tanggal 1937. Tapi mulai berdiri itu pada tanggal 22 agustus 1937, sedangkan NBDI berdiri pada tanggal 21 april 1943. Yang ditanamkan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah semangat perjuangan, cinta tanah air dan patriotisme melawan penjajah.
Tuan Guru mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid yang menghilang hingga sekarang, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Dan yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang digunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 70-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970. Pada tahun 1973, saya (Bapak H. Agus Salim) diarahkan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan ke Pancor sebagai salah satu dampak dari penyebarannya yang sedemikian pesat.
Pada tahun 70-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Dulu ada yang namanya Bapak H Kalam, seorang pemuka NW. Beliau mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998, yaitu ketika ketika Soeharto turun dari takhta. Penyebab internalnya adalah disebabkan  perbedaan pendapat antara kedua putri TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Awal perseteruan mereka adalah masalah pernikahan yang kemudian semakin parah karena timbulnya masalah perbedaan pendapat dan kepentingan. 
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW pancor dan NW anjani. NW pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan dikemudian hari.
Q:  Apakah kedua anak TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah saudara kandung?
A:  Mereka adalah saudari seayah. Siti Raehanun mempunyai Ibu berasal dari Jenggi sedangkan Siti Rauhun mempunyai Ibu yang berasal dari Selong.
Q:  Lalu, seperti apa dampak perpecahan NW di Sumbawa?
A: Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1.      Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2.      Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D.
Q:  Menurut Bapak, bagaimana perbandingan antara NW zaman dulu dengan sekarang?
A:  Jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu  baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Secara pribadi saya (Bapak H. Agus salim) menilai bahwa H. Iwan Jazadi, M.Ed, Phd hanya berhasil di bidang pendidikan.
Disamping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D yaitu Ibu  Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya.
Q:  Lalu apa harapan Bapak ke depannya?
A:  1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
  2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
  3. Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.
Pokok NW adalah iman dan taqwa.
Iman itu adalah : 1. Kelompok berilmu mengajarkan ilmunya.
 2. Kelompok tidak berilmu belajar ilmu.
 3. Orang bekerja harus dengan ilmu.
Karena orang beriman adalah orang yang senang kepada orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan takwa adalah orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa yaitu:
1. Orang yang mampu mengendalikan nafsu.
            2. Orang yang tulus ikhlas, bersih hati dalam segala aspek keidupan.
            3. Orang yang berdiri di atas imannya sendiri.
Q:  Terima kasih Pak atas informasinya. Banyak sekali ilmu yang kami dapatkan pada kesempatan ini. Terima kasih pula telah meluangkan wakunya untuk kami. Semoga NW ke depan akan lebih berkembang lagi.
A:  Sama­-sama.
Pembahasan:
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 1970-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970.
Pada tahun 1970-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Bapak H. Kalam, seorang pemuka NW, mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW Sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998. Penyebab internalnya adalah bibit-bibit perseteruan antara Raehanun dan Rauhun (saudara kandung) yang telah lama muncul. Lalu ditambah kontroversi seputar pemakaman jenazah Lalu Gde Wiresentane (suami Siti Raehanun), hingga terpilihnya Siti Raehanun dan Abdul Hayyi Nu’man sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jendral PB NW periode 1998-2003. Terpilihnya mereka berdua meningkatkan suhu perseteruan antar kedua kubu Raehanun dan Rauhun. Pendukung Rauhun menganggap bahwa terpilihnya Raehanun tidak sah dan melanggar Anggaran Dasar NW yang tetap menjunjung tinggi mazhab Imam Syafi’i, salah satu fatwa fiqhnya melanggar perempuan sebagai pimpinan.
Perseteruan tersebut memuncak dari yang semula sekedar perbedaan pendapat meningkat menjadi perbedaan pilihan politik. Konflik terbuka pun tidak dapat dihindari.
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW Pancor dan NW Anjani. NW Pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW Anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan di kemudian hari.
Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1.      Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2.      Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D.
Perbandingan antara NW yang dulu dengan yang sekarang jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu  baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Bapak H. Agus Salim menilai bahwa H. Iwan Jazadi, S.Pd., M. Ed, Ph.D hanya berhasil di bidang pendidikan.
Di samping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D yaitu Ibu Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya.
Harapan Bapak H. Agus Salim untuk NW ke depan adalah:
1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal-jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
3. Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.
Pokok NW adalah iman dan taqwa.
Iman itu adalah : 1. Kelompok berilmu mengajarkan ilmunya.
    2. Kelompok tidak berilmu belajar ilmu.
    3. Orang bekerja harus dengan ilmu.
Karena orang beriman adalah orang yang senang kepada orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan takwa adalah orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa yaitu:
1. Orang yang mampu mengendalikan nafsu.
            2. Orang yang tulus ikhlas, bersih hati dalam segala aspek keidupan.
            3. Orang yang berdiri di atas imannya sendiri.
4.4 Rangkuman Pembahasan
Pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 1937 M. Zainuddin mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Lembaga pendidikan ini memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia-Belanda tanggal 17 Agustus 1937 M. Sedang madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang khusus untuk wanita didirikan tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H, bertepatan dengan tanggal 21 April 1943 M.
Dalam pengajarannya, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menanamkan semangat perjuangan, cinta tanah air dan patriotisme melawan penjajah. Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2. Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
1.      Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
2.      Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
3.      Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa. (H. Mas’un)
NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa Sunatan massal, panti asuhan. ( H. Putra Akbar)
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan. (H. Agus Salim)
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 1970-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970. Pada tahun 1973 , Bapak H. Agus Salim diarahkan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan ke Pancor sebagai salah satu dampak dari penyebaran NW yang sedemikian pesat.
Pada tahun 1970-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Bapak H. Kalam, seorang pemuka NW, mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW Sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998, yaitu ketika ketika Soeharto turun dari takhta. Penyebab internalnya adalah bibit-bibit perseteruan antara Raehanun dan Rauhun (saudara kandung) yang telah lama muncul. Lalu ditambah kontroversi seputar pemakaman jenazah Lalu Gde Wiresentane (suami Siti Raehanun) yang berakibat penghentian penggalian liang kubur yang semula hendak dimakamkan di Kompleks Pegedengan Pancor, samping makam Zainuddin. Keputusan tempat pemakaman tersebut mengundang protes dari keluarga Siti Rauhun. Menurutnya, keputusan tersebut tidak melibatkan keluarga Siti rauhun. Alasannya, pemakaman tersebut melanggar wasiat Zainuddin di mana kanan-kiri makamnya diperuntukkan bagi kedua putrinya (Siti Raehanun dan Siti rauhun). Siti Raehanun dan Siti Rauhun adalah saudara seayah. Siti Raehanun mempunyai Ibu yang berasal dari Jenggi, sedangkan Siti Rauhun mempunyai Ibu yang berasal dari Selong.
            Awal perseteruan antara Raehanun dan Rauhun, terjadi ketika putra Raehanun yang bernama Lalu Gde Muhammad Ali Wirasakti Amir Mumi menikah dengan putri Rauhun bernama Siri Hidayati yang baru berusia belasan tahun dan sedang duduk di kelas II SMU. Pihak Rauhun menuntut agar Siti Hidayati kembali ke tengah keluarga kepada pihak Raehanun yang memaksa menikahkan kedua saudara misannya.
Pada tanggal 24-26 Juli 1998, di gelar Muktamar X NW di Praya Lombok Tengah NTB. Dalam muktamar tersebut, Siti Raehanun dan Abdul Hayyi Nu’man sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jendral PB NW periode 1998-2003. Terpilihnya mereka berdua meningkatkan suhu perseteruan antar kedua kubu Raehanun dan Rauhun. Pendukung Rauhun menganggap bahwa terpilihnya Raehanun tidak sah dan melanggar Anggaran Dasar NW yang tetap menjunjung tinggi mazhab Imam Syafi’i, salah satu fatwa fiqhnya melanggar perempuan sebagai pimpinan.
Perseteruan tersebut memuncak dari yang semula sekedar perbedaan pendapat meningkat menjadi perbedaan pilihan politik. Konflik terbuka pun tidak dapat dihindari.
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW Pancor dan NW Anjani. NW Pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW Anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan di kemudian hari.
Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1.      Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2.      Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D. (H. Agus Salim)
Para tokoh NW di Sumbawa tidak memandang adanya perbedaan di pusat, mereka menerima semua keputusan yang ditentukan dari NW Pancor maupun dari NW Anjani. Di daerah Sumbawa, tokoh NW dan masyarakatnya hanya mengenal NW Samawa saja. (H. Mas’un)
     1. Dalam bidang pendidikan :      
a.       Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa,
b.      Pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk,
c.       Pendirian Pondok Pesantren di Alas.
      2. Dalam bidang sosial :
a.       Masyarakat NW memiliki sifat kegotongroyongan yang kuat,
b.      Melakukan khitanan massal,
c.       Menghadiri upacara kematian.
      3. Dalam bidang dakwah :
a.       Melaksanakan pengajian yang difasilitasi oleh muslihat NW. Pengajian tersebut dilakukan di rumah-rumah warga secara bergantian sekaligus diadakannya arisan oleh kaum ibu-ibu.
b.      Dilakukannya mukaddimah hizb NW, misalnya di daerah Surya Bakti, hizb NW tersebut dilakukan secara rutin setiap malam jum’at. (H. Mas’un)
Perbandingan antara NW yang dulu dengan yang sekarang sudah jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu  baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Bapak H. Agus Salim menilai bahwa H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D hanya berhasil di bidang pendidikan.
Di samping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D yaitu Ibu Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya. (H. Agus Salim)

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
  1. Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
  2. Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial seperti sunatan massal dan panti asuhan yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
  3. Dakwah, berupa pelaksanaan pengajian dan mukaddimah hizb NW. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.
  4. Pendidikan. Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa, pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk, pendirian Pondok Pesantren di Alas.
Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.(H. Agus Salim)
Perjuangan NW yang dimulai sejak kelahiran Madrasah NWDI, dari tahun ke tahun terus mengalami dinamika dan perubahan. Adapun perubahan penting yang dialami organisasi NW adalah berkembangnya peran dan fungsi NW sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjalankan aktivitas dalam bidang penguatan masyarakat sipil (civil society). Oleh karena itu, NW sekarang dikenal sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
5.2. Saran
1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
3.  Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Masnun. 2007. Tuan Guru KH. Muhammmad Zainuddin Abdul Madjid:   Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Pustaka Al-Miqdad.
Muhammad Zainuddin.2009.Organisasi Nahdlatul Wathan.www.zaikenawa.co.cc
Putri, Yulia. 2010. Pengertian Dinamika. yulia-putri.blogspot.com.
Saharudin. 2009. Ke-NW-an. Selong: www.sahartugas.blogspot.com























L A M P I R A N – L A M P I R A N











Petikan Hasil Wawancara dengan H. Putra Akbar, Rabu,12 Mei 2011.
Q:  Kapan masuknya NW ke Sumbawa?
A:  NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an,
Q:  Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
A: NW pertama kali masuk ke Sumbawa melalui orang-orang lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran,
Q:  Melalui jalur apa NW masuk ke Sumbawa?
A:  NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan,
Q:  Bagaimana kehidupan masyarakat di Sumbawa sebelum masuknya NW?
A:  Dalam dunia pendidikan kehidupan masyarakatnya masih kurang. Kalau dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan,
Q:  Bagaimana interaksi NW dengan kebudayaan di Sumbawa?
A: NW berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa,
Q:  Bagaimana Dinamika NW di Sumbawa?
A: Dinamika NW di Sumbawa saya rasa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus  membangun sekolah-sekolah dan pesantren.

Petikan Hasil Wawancara dengan H. Mas’un (Tokoh NW, Ketua IKL), kamis,13 Mei 2011.
Q:  Apa  pengertian NW?
A:  Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air,
Q:  Apa tujuan pendirian NW?
A:  Tujuan
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW:
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Q:  Bagaimanakah masuknya NW di Sumbawa?
A: Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
  1. Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
  2. Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
  3. Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.

TAKDIRMU, KADO TERBURUKKU…



Kapan kau akan datang lagi, membangunkan tidurku, mengingatkanku bahwa waktu itu berharga saat denganmu?

19 April 2012
“Eh, stop… stop...!,” teriakku. “Aku turun di sini aja. Mau mampir sebentar ke warnet”
“Oh, mau ngapain?,” kata Tata sambil menghentikan sepeda motornya.
“Biasa, facebook-an”
“Dasar, gak ada kerjaan lain ya. Tiap hari online melulu,” Tata mengomel.
“Ah, bawel. Udah kayak Ibu-ibu kau,” sahutku seraya berlari sambil menjulurkan lidah ke arah Tata yang terlihat sebal.
Siang ini matahari menukik tajam. Ku seka peluh di dahiku dengan ujung jilbabku.
“Ada tempat kosong, mas?,” tanyaku pada penjaga warnet.
“Oh, ada Mba. Silahkan”
“Makasih”
Ku buka akun facebookku dan segera aku menuju akun seseorang.

Bagas Prasetya berpacaran dengan Mariska Aprilia.
Hari Jadi: 19 April 2012

Deg…
Aku terpaku melihat serentetan kata yang terpampang di monitor. Dengan tanpa permisi, airmataku mengalir tak bisa ku bendung.
Hei, kenapa kau menangis? Bukankah ini yang kau inginkan? Bukankah kau yang menyuruhnya menyerah mengejarmu dan menyarankannya mencari sosok yang lain sebagai pengganti, jeritku dalam hati.
Ku seka pipiku dengan segera, lalu jemariku dengan cekatan menelusuri tiap huruf yang tertangkap oleh mata. Ah, aku benar-benar terkejut. Begitu cepatnya kau berpaling hati. Padahal dua hari lagi adalah ulang tahunku. Jahat!
            Trililit… Trililit… Aku tersadar, ponselku berbunyi. Pesan masuk. Pasti Bagas, pikirku. Segera ku raih ponsel merah maroon dan seketika aku kecewa melihat kenyataan bahwa bukan Bagas, melainkan Rendy. Ku buka pesannya.
‘Boleh ku telepon?’
‘Silahkan.’ Sms terkirim

Kriing…Kriing..
“Halo, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam. Lagi ngapain Tata?”
“Lagi online aja”
“Berarti udah tahu kalo…”
“Ya,” Aku memotong cepat. “ Sudahlah, gak usah dipikirin. Aku baik-baik saja kok”
“Oh, lalu bagaimana denganku?”
“Kau kenapa?,” tanyaku pura-pura tak mengerti
“Perasaanku”
“Perasaaanmu kenapa?”
“Kau ini, selalu begitu”
“Aku kenapa?”
“Astaga, dinginnya. Aku menyukaimu, bodoh. Harus ku ulangi berapa kali lagi?”
“Lalu?”
“…”
“Haha..”
“Kenapa ketawa?”
“Abisnya kau lucu sih. Haha.. “
“Aku serius, Ta”
“Trus?”
“Pacaran yuk”
“Gak”
“Kenapa?”
 “Gak sekarang lah. Aku masih belum siap. Kau tahu kan bagaimana hubunganku dengan Bagas”
“Ya, tapi sekarang kan udah beda. Dia udah dengan seseorang yang lain”
“Lalu kenapa? Setidaknya kami masih punya janji kecil sebagai pengikat”
“Janji Dandelionmu?”
“Ya, janji untuk selalu ada satu sama lain”
“Oke, tapi itu bukan cinta, kan?”
“Ya”
“Lalu apa lagi? Aku ada di sini dan mencintaimu”
“Aku tahu. Tak perlu kau katakan berulang kali. Aku mengerti. Tapi maaf, bisakah kau menunggu sebentar lagi? Aku masih perlu waktu untuk membenahi segalanya”
“Tapi sampai kapan?”
“Entahlah. Karena ini masalah hati. Jadi, hanya hati dan waktu yang bisa menjawab”
“Ya sudah, gak apa-apa. Aku akan menunggumu sampai kau siap bahkan kalau perlu, aku akan menunggumu selamanya. Ah, tidak. Bukan selamanya, tapi sehari lebih lama dari apa yang kita sebut selamanya”
Deg…
“Ah, udah dulu yah. Aku mau pulang dulu”
“Memangnya kau lagi di mana?”
“Di Rumah Sakit”
“Kau ngapain di situ?,” kataku dengan cemas.
“Cuma ngantar teman check up
“Oh, ya sudah. Sampai nanti. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Hei, kenapa tadi aku berdebar-debar? Ah, sudahlah…
--------------------------------------

20 April 2012
Aku benar-benar sudah menjadi penguntit. Ku ikuti setiap status terbaru yang di posting oleh kedua pasangan yang sedang berbunga-bunga ini. Sesekali rasa cemburu muncul, namun segera ku tepis dengan meyakinkan diri bahwa ini adalah jalan yang terbaik. Sampai hari ini, Bagas belum menghubungiku. Aku sedikit jengkel. Untuk menghubungi duluan, aku tak berani. Takut mengganggu dan membuatnya tak nyaman.
Segera aku mengetik huruf-huruf di layar monitor untuk membuat sebuah status dengan harapan nantinya akan dibaca oleh Bagas, sekaligus memberi isyarat bahwa aku telah siap mendengar dan menerima sepahit apapun kenyataan yang terjadi.

:: Di hari yang spesial besok, aku ingin sebuah sajak darimu. Sajak yang bercerita tentang segalanya. Aku ingin kita tak lagi bersembunyi. Mari sini, duduk, kita akan menentukan hari yang baik untuk perpisahan kita ::

Tak berselang lama, ternyata Mariska memposting sebuah status yang membuatku benar-benar jengah.

:: Rupanya ada yang sirik yah. Kasihan amat nasibmu. Dia itu sekarang sudah menjadi milikku, bukan milikmu. Aku yang terbaik, itu sebabnya dia memilihku ::

Bukan main geramnya hatiku. Bukan lagi sebuah status, tapi dengan segera ku posting sebuah catatan yang di dalamnya kutandai namanya, nama Bagas, dan juga nama Rendy.

Duduk Manis dan Dengarkan…!
Apa yang membuat seorang manusia menjadi manusia yang sejati?
Apa karena asalnya? Atau karena kekuatannya? Menurutku bukan begitu.
Bukan bagaimana caranya memulai, tapi bagaimana caranya membuat keputusan untuk menentukan akhir.
Untuk siapa saja yang padanya masih terganjal oleh satu atau lebih pertanyaan tentangku, aku cuma ingin klarifikasi beberapa hal.
Berhentilah mencurigaiku atau membenciku secara berlebihan. Aku sudah menyerahkannya padamu. Masih kurang? Apa lagi yang ingin kau ambil dariku? Katakan saja. Akan ku berikan.
Jangan berburuk sangka padaku. Jika aku menginginkan orang yang kau sayangi itu, tentunya sudah sejak dulu ku lakukan. Jauh sebelum kau mengenalnya ataupun jauh sebelum kau bermimpi mengenalnya. Jika aku benar-benar mencintai dan mengingunkannya, tentu sekarang dia telah menjadi milikku, bukan milikmu. Coba saja kau tanyakan padanya atau orang-orang di sekeliling kami, bagaimana perjalanan kami selama ini. Coba katakan padaku! Ceritakan segala yang bisa kau ceritakan! Keluarkan segala perbendaharaan kata yang kau punya untuk melukiskan seberapa besar rasamu padanya, rasanya padamu, perjuangannya mendapatkan cintamu, ataupun perjuanganmu mempertahankan hubunganmu. Ceritakan padaku, hal-hal tentangnya yang membuatmu jatuh hati, tentang impian-impianmu di masa depan dengannya, tentang hal-hal indah yang telah dan akan kau lewati dengannnya, atau apapun itu. Coba kau ceritakan padaku. Dan kau akan tahu, seberapa banyaknya pun yang kau ceritakan, akan ku pastikan bahwa aku punya cerita yang jauh lebih besar darimu.
Tapi sekali lagi tak bosan ku tegaskan padamu, aku tak menginginkannya. Meski ikatan kami tak terlihat, tapi kekuatannya melebihi ikatan yang terlihat.
Dan perlu ku tegaskan pula, meski ikatan kami begitu kuat, tapi bukan cinta, sayang.. :)
Ya, ini bukan cinta. Aku menyayanginya, tapi bukan cinta.
Memang, begitu sulit ku terima dan beradaptasi dengan kenyataan bahwa kini dia termiliki. Tapi ku pikir itu lebih baik buatnya juga buatku. Dia bisa bangkit dan memulai petualangannya yang baru, sedangkan aku bisa terus melangkah untuk menemukan cinta yang sesungguhnya memang diperuntukkan padaku.
Karena itu, berhentilah bertingkah macam-macam. Bersyukurlah atas apa yang kau miliki sekarang. Jangan membuatku marah, karena aku bisa berbuat lebih kejam dari batas kejam yang bisa kau definisikan. Jadi, tenang saja dan jadilah pacar yang baik...

Kirim. Selesai...
Di balas!

::Maaf Mba, kalau saya sudah lancang::

::Gak apa-apa. Yang penting jangan diulangi. Kalo bicara tolong dipikirin. Jangan dengan kata-kata yang kasar dan menyinggung perasaan orang lain...::

---------------------------------------
Sore hari.
 “Dor...!”
Sontak aku terkejut mengetahui ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menengok dan mendapatkan Rendy sedang cengir memamerkan sederet gigi putihnya.
“Ah, kau suka banget ngagetin orang. Untung aku gak punya penyakit jantung. Kalau iya, bisa mati aku,”omelku.
“Jangan banyak melamun, ayam tetangga banyak yang mati, ntar”
“Yey, siapa juga yang melamun. Aku lagi berpikir”
“Halaaah, alasan”
“Ada keperluan apa datang ke rumah?”
“Memangnya gak boleh ya? Sinis amat sih”
”Tumben aja. Setahuku, kalau ada tugas dari kampus, baru kau datang ke rumah”
“Cuma pengen main-main. Aku kangen sih”
“Halaaah”
Tidakkah kau mendengar hatiku yang bising meneriaki rindu?,” katanya yang tiba-tiba saja sudah berjongkok di hadapanku dan menatapku dalam-dalam.
“Mulai deh gombalnya,” sahutku seraya memalingkan wajah dan menjauh. Takut detak jantungku terdengar olehnya.
Dia tersenyum. “Oh iya, ngomong-ngomong catatanmu tadi sadis amat yah. Hahaha. Kasihan anak orang”
“Biarin, siapa suruh macam-macam. Tata dilawan”
“Ya ya ya... Ke pantai yuk. Jalan-jalan sore”
“Hm, boleh. Kebetulan aku lagi suntuk di rumah”
Segera kami meluncur dengan menggunakan sepeda motor “Satria F” milik Rendy yang 3 bulan lalu di beli dari hasil tabungannya selama setahun. Jalanan sore itu terlihat ramai. Kendaraan umum maupun pribadi lalu lalang dengan berbagai keperluan. Sesampainya di pantai, aku segera berlari ke bibir pantai. Merentangkan tangan, menghirup udara dan menghembuskannya perlahan. Rendy menyusul di belakang.
“Tak ada yang lebih ku suka dibandingkan tempat ini. Yang membiarkanku berjalan telanjang kaki di sepanjangnya. Sapuan ombak yang menghantam lembut, anginnya yang sejuk dan kadang seolah ingin menerbangkanku,” ucapku sambil sesekali melempar karang kecil ke tengah laut.
“Ya, dan di tempat inilah aku pertama kali bertemu denganmu,” sahut Rendy sambil menatapku dan tersenyum.
Kutatap matanya yang sayu. Aku tersenyum. Entah kenapa, sore ini dia terlihat menyilaukan.
-----------------------------------
21 April 2012
Sepertinya aku sudah bisa mengikhlaskan segala yang terjadi. Ini hari ulang tahunku. Ada banyak ucapan yang ku terima, baik dari orang-orang di dunia nyataku maupun teman-teman di dunia maya. Tapi Bagas belum juga menghubungiku.
Ku buka akun facebookku melalui ponsel. Lalu mengupdate status terbaru.

::Dalam mimpi, janji Dandelion begitu kental dengan ketulusan. Tapi begitu terbangun, Dandelion memang dalam genggaman, namun telah layu... Apakah harus dipertahankan? Tentu tidak. Untuk apa merawat sesuatu yang tak ingin dirawat oleh takdir?::

Kriiing…Kriiing…
Telepon dari Bagas! Akhirnya…
“Halo, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam,” suaraku bergetar. Perasaanku tak karuan.
“Selamat hari lahir, Ta..”
“Makasih, Gas”
“Kau apa kabar”
“Tak begitu baik”
“Ta..”
“…”
”Tata!”
“Hm...”
“Maaf”
“...” Mataku berkaca-kaca.
“Ta...?”
“Ya,” sekuat tenaga aku berusaha mengendalikan diri.
“Maaf, aku gak bisa menjaga Janji Dandelion”
Ya Tuhan, aku menangis..
“Hei, jangan menangis. Aku memang sudah melakukan kesalahan berkali-kali. Kau boleh memakiku semaumu. Tak apa. Tapi tolong, jangan membenciku”
Aku mengatur napas perlahan. Meredakan emosi yang bergejolak di dada.
“Sudahlah. Aku sakit, memang. Tapi tak apa. Karena sesungguhnya butuh lebih dari rasa sakit untuk mempertahankan sebuah janji”
“Tata, aku memang jahat. Aku benar-benar minta maaf”
“Berhentilah meminta maaf. Fokuslah dengan hidupmu yang baru. Jangan rusak bahagiamu dengan cemberutnya. Kita memang tak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Tapi aku rasa, kita bisa memilih siapa yang patut untuk tetap kita perjuangkan”
“Maksudmu?”
“Ya, kau sudah memilih. Begitupun denganku. Sekarang ku rasa aku sudah tahu hatiku lebih tertuju pada siapa”
“Rendy, yah?,” Ada nada cemburu yang ku tangkap.
“Ya, selama ini aku sudah egois dan membohongi perasaanku sendiri. Sibuk mengejar sesuatu yang semu. Aku bahkan tidak menyadari, ada sebuah ketulusan yang begitu hangat di sisiku dan menjagaku selama ini. Ya, perasaan Rendy yang begitu tulus”
“Baiklah. Aku kalah. Dia pria yang baik. Kejarlah cintamu. Mungkin kau akan lebih bahagia jika dengannya”
“Iya...,” ucapku seraya tersenyum.
--------------------------------------

Aku benar-benar ingin bertemu dengan Rendy dan mengatakan bahwa aku mencintainya.
Tanpa berlama-lama, ku telepon ponselnya.
“Halo, Ren”
“Ah, halo. Tata ya?”
”Iya, ini siapa?”
”Ini mamanya Rendy”
“Ah, tante, Rendy mana yah?”
“Ehm, sebenarnya Rendy melarang tante untuk beri tahu kamu tentang keadaannya. Tapi tante gak tega”
“Rendy kenapa?,” tanyaku cemas. Firasatku buruk.
“Sekarang tante lagi di Rumah Sakit. Rendy kritis. Dia sedang ditangani oleh Dokter”
Praang!!
Ponselku jatuh dan pecah berserakan. Aku segera berlari menuju Rumah Sakit.
Astaga Ren, kau sakit apa? Kenapa merahasiakannya dariku. Kau benar-benar jahat. Ah, bukan. Aku yang jahat. Selama ini aku tak peduli perasaanmu. Meski begitu, kau selalu ada di saat aku butuh teman untuk curhat. Kau selalu mendengar setiap ceritaku. Kau benar-benar berusaha membuatku nyaman. Kau masih bisa memikirkan kebahagiaan  orang lain padahal kau sendiri menanggung beban yang begitu berat sendirian. Betapa bodohnya aku. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu! Apa kau mendengar? Aku benar-benar mencintaimu. Kau ingin mendengar kalimat itu dari bibirku, kan? Akan ku ucapkan beribu-ribu kali di depanmu. Tapi ku mohon, tetaplah bertahan demi aku, jeritku dalam hati. Airmataku mengalir deras. Dadaku perih.
Sesampainya di Rumah Sakit, aku segera menuju ruang di mana Rendy berada. Tak ku pedulikan peringatan orang-orang yang berjalan di lorong Rumah Sakit yang menyuruhku berhati-hati.
Kudapati mamanya Rendy sedang mondar mandir, berharap-harap cemas sembari sesekali melongok melihat ke dalam ruangan melalui kaca jendela.
“Gimana tante? Apa Rendy baik-baik saja?,” tanyaku dengan napas tersengal-sengal.
“Entahlah, tim Dokter masih menanganinya”
“Ya Tuhan, bantu Rendy untuk tetap bertahan,” pintaku cemas.
Tiba-tiba Dokter membuka pintu dan kami segera menghampirinya.
“Gimana Dok, apa Rendy bisa tertolong?”
”Maaf Bu, kami dari pihak Rumah Sakit sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkata lain. Kanker otak stadium akhir. Ia bisa bertahan sejauh ini, itu saja benar-benar sebuah keajaiban”
“Tidak, tidak mungkin,” jeritku.
“Sekali lagi, maaf,” kata Pak Dokter menunduk kemudian berlalu.
Aku langsung menghambur ke dalam kamar dan kudapatkan sosok yang terbaring pucat tak bernyawa lagi. Akh, ternyata maut lebih mesra memeluknya. Ku peluk erat-erat dan ku guncangkan tubuhnya.
“Bangun Ren! Menyatakan cinta, lalu pergi begitu saja. Benar-benar hobby yang buruk. Kau gak boleh meninggalkanku secepat ini. Aku belum menyatakan perasaanku padamu. Apa kau lupa, kau berjanji akan menungguku sehari lebih lama dari apa yang kita sebut selamanya? Bangun Ren! Aku masih ingin mendengar candaanmu. Masih ingin mendengar suaramu. Masih ingin berada di sampingmu”
Berjuta perasaan bercampur baur menjadi satu, perih. Mama Rendy merangkulku erat.
”Tante, maafin Tata. Tata gak bisa membahagiakan Rendy bahkan di detik-detik terakhir hidupnya”
“Sudahlah, nak. Jodoh, rezeki, dan maut itu di tangan Tuhan. Ini sudah takdir. Harus ikhlas. Tuhan tak pernah salah,” mama Rendy menenangkan.
--------------------------------

Langkahku terasa begitu berat saat mengantar Rendy ke tempat peristirahatan terakhirnya. Benar-benar seperti mimpi. Masih ku ingat senyumnya kemarin. Saat dia masih di hadapanku. Sekarang dia telah menjadi milik-Nya. Kenangan kita terlalu nyata, meski hanya dalam ingatan. Kau mengunciku sendirian di sana, sementara kau melenggang pergi.
Di samping nisannya, aku kirimkan sepotong doa pada-Nya. Semoga arwah Rendy ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Ada yang menyentuh bahuku. Aku menoleh. Ah, mamanya Rendy.
“Ini, Rendy titip surat untukmu,” mama Rendy menyodorkan sepucuk surat beramplop biru langit seraya tersenyum. “Tante pulang dulu yah,” sambungnya.
Aku mengangguk.
Segera ku buka surat tersebut dan mulai membaca.

21 April 2012
Mungkin tak terlalu penting. Tapi mumpung aku ingat, ini adalah 500 hari perkenalan kita.
Aku tertegun sejenak, mengingat-ingat lalu tersenyum. Ku lanjutkan membaca.

Selama ini ada banyak hal yang terjadi. Kau bodoh, keras kepala, egois, dan sadis. Bagaimanapun, sampai hari ini terima kasih banyak. Meski secara nyata, 500 hari terlewat sesungguhnya tak mampu membuat kita keluar dari hubungan yang menurutku begitu abu-abu. Meski demikian, aku bahagia kok.
Saat kau menerima suratku ini, aku ada di mana yah? Apa di jalan, di rumah, di kampus, di Rumah Sakit, atau sudah di sisi-Nya? Entahlah. Di manapun aku berada, aku pasti akan mendoakan kebahagiaanmu sepenuh hati. Selamat hari lahir, sayang... :)
Aku berharap, di usiamu yang baru ini, kau bisa lebih belajar mendewasakan pemikiranmu. Impianku adalah melihatmu bersinar di jalan yang kau sukai.
Aku mencintaimu. Bagaimanapun, aku mencintaimu. Mencintaimu, aku belajar dari hujan; berulang kali jatuh, tanpa pernah mengeluh. Kau mencintaiku juga, kan? Aku tahu meski tak pernah kau katakan. Aku tahu kau terlalu gengsi untuk mengatakannya. Tapi tak apa. Itu yang ku suka darimu :)

Sampai di situ aku berhenti membaca. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dadaku terasa lebih sesak dibanding tadi. Dia sudah pergi. Dan kehilangan terasa lebih nyata dari segala yang pernah ada. Ku lanjutkan membaca.

Kau tahu, sebelum tidur, aku suka meletakkan tangan di dada dan merasakan kau berdetak. Di sudut paling rahasia. Itu membuatku selalu merasa dekat denganmu.
Kita memang  tidak ditakdirkan untuk terus bersama, tapi kita pernah bersama, kan. Setidaknya Tuhan pernah percaya kita. :)
Selamat berjuang untuk hidupmu selanjutnya... :)
Love you...

Selesai membaca, kulipat kembali surat itu dan kumasukkan ke dalam tas.
Huft.
Aku berdiri. Menarik napas panjang.
Di hari ulang tahunku, ini benar-benar kado terburuk. Lagi-lagi aku kehilangan makna kesekian kali; sendiri, pikirku.
Aku beranjak pulang.
Di tengah jalan, terlihat seorang pria yang terlihat kerepotan memungut kertas-kertasnya yang beterbangan. Segera ku bantu mengumpulkan lembaran-lembaran tersebut dan menyerahkan padanya. Ia mendongakkan kepala lalu tersenyum, manis sekali.
“Terima kasih,” ucapnya.
“Hm, sama-sama”
“Kenalin, Aku Chandra,” katanya seraya menyodorkan tangan.
“Tata,” balasku menjabat tangannya. “ Aku duluan, ya,” sambungku lalu berbalik dan melanjutkan perjalanan pulang.
“.... Tata udah punya pacar?”
Langkahku terhenti. Diam sejenak, lalu menoleh.
“Masih mencari...,” ucapku seraya tersenyum dan melanjutkan perjalanan.
Ku pandang langit biru yang cerah. Sinar matahari terasa hangat menyentuhku. Terlihat sepasang burung yang entah apa namanya, terbang saling berkejaran. Aku tersenyum.
Akh, perjalanan adalah takdir...
-----------------------------------