BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hadirnya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, di Pulau Lombok NTB tidak sekedar menambah kesemarakan keberagaman masyarakat Muslim, tetapi berhasil membangun peradaban baru yang bercorak Islam, khususnya bidang pendidikan dan politik. Selain dikenal sebagai ulama, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid seringkali tampil menjadi pelopor perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialisme. Di tengah agenda perjuangan mempertahankan kedaulatan negara, tahun 1937, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) yang dikhususkan untuk pelajar pria. Enam tahun kemudian didirikan lembaga pendidikan Islam formal khusus pelajar wanita yang disebut Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI).
Dalam perkembangannya, NW mengalami penyebaran hingga ke Pulau Sumbawa. Khusus masyarakat Sumbawa, sudah sepantasnya mengetahui perkembangan Islam yang ada di Sumbawa, salah satunya organisasi NW ini. Namun sampai saat ini kami belum menemukan referensi yang membahas khusus tentang dinamika NW di Sumbawa. Karena itu kami mencoba untuk menyusun makalah ini sebagai salah satu referensi yang bisa digunakan untuk mempelajari dinamika NW di Sumbawa.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa permasalahan yang terungkap dalam makalah ini, yang meliputi:
1. Bagaimanakah awal mula terbentuknya NW?
2. Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
3. Melalui jalur apa saja NW masuk ke Sumbawa?
4. Bagaimanakah perkembangan NW di Sumbawa?
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat kami rumuskan permasalahannya yaitu: ”Bagaimanakah dinamika Nahdlatul Wathan di Sumbawa?”.
4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam pembahasan kali ini adalah untuk mengetahui ”dinamika Nahdlatul Wathan di Sumbawa”.
5. Manfaat
5.1 Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan perkembangan Nahdlatul Wathan di Sumbawa.
5.2 Manfaat Praktis
Sebagai acuan dan landasan dalam pengetahuan tentang Nahdlatul Wathan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dinamika
Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interpendensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok itu, semangat kelompok terus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. (Yulia Putri, 2010)
B. Nahdlatul Wathan
Nahdlatul Wathan berasal dari dua kata Arab, yaitu : “Nahdlah” dan “al wathan”. Nahdlah berarti kebangkitan pergerakan, pembangunan. Al Wathan berarti tanah Air atau Negara. Jadi Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara. (Saharudin. 2009)
C. Azas, Aqidah, dan Tujuan NW
NW sebagai organisasi kemasyarakatan melaksanakan segala amal usaha sesuai dengan azas organisasi. Sedangkan sebagai organisasi keagamaan, NW menganut dan menerapkan syariat Islam sesuai aqidahnya. Azas dan aqidah organisasi merupakan landasan perjuangan organisasi dalam mencapai tujuannya. Pasal 2 Anggaran Dasar Nahdlatul Wathan menetapkan :
- Azas NW adalah: ”NW berazaskan ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Aqidah NW adalah Islam ahlussunnah wa al jama’ah mashabil Imam Syafi’i RA.
- Tujuan NW adalah lillahi kalimatillah waizzil islam wal muslim dalam rangka mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. (Muhammad Zainuddin. 2009)
D. Awal Berdirinya NWDI dan NBDI
Di tengah gerakan perjuangan merebut kemerdekaan pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1937 M, Zainuddin mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Lembaga pendidikan ini memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia-Belanda tanggal 17 Agustus 1937 M. Sedang madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang khusus untuk wanita didirikan tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H, bertepatan dengan tanggal 21 April 1943 M. (Masnun,2007:26)
Pendirian organisasi NW dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan adanya suatu badan yang dapat berfungsi sebagai koordinator, pembimbing dan pengayom dari kegiatan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang telah berkembang pesat dengan banyaknya cabang-cabang kedua madrasah itu tersebar diberbagai wilayah dan desa di Pulau Lombok. Kedua madrasah itu, NWDI dan NBDI kini telah diintegrasikan menjadi Pondok Pesantren Darun Nahdlatain NW (PPDNW) Pancor yang menjadi induk madrasah NW yang tersebar diwilayah nusantara. (Muhammad Zainuddin. 2009)
E. Kebijakan Umum Pengurus Wilayah
- Membangun organisasi yang solid, kompak dan bersatu. yang akan diwujudkan melalui pelaksanaan konsolidasi organisasi, konsolidasi wawasan dan konsolidasi personil
- Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah Nahdlatul Wathan.
- Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Ekonomi Nahdlatul Wathan.
- Membangun jaringan kerjasama (network) untuk kemajuan organisasi Nahdlatul Wathan serta menggalang dana perjuangan organisasi untuk menjamin pelaksanaan program secara berkelanjutan.
- Meningkatkan kesadaran hukum , posisi tawar (bargaining position), partisipasi dan kontribusi warga Nahdlatul Wathan dalam Pembangunan Nasional dan Daerah. (Muhammad Zainuddin.2009)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan pada makalah ini adalah metode penelitian kualitatif. Data kualitatif di kumpulkan dengan menggunakan buku yang secara khusus disediakan untuk mencatat keterangan kualitatif tambahan terhadap pertanyaan yang disiapkan secara langsung di lokasi penelitian.
2. Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada dinamika NW di Sumbawa. Karena makalah ini masuk dalam kategori pergerakan organisasi, maka obyek kajiannya adalah pengalaman tokoh-tokoh NW pada masa lalu hingga sekarang. Oleh karena itu, data yang hendak dihimpun adalah dinamika NW mulai dari pusat, pergerakannya hingga sampai ke Sumbawa dan pergerakannya di Sumbawa hingga sekarang.
3. Lokasi dan Situs Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 3 tempat di wilayah kabupaten Sumbawa, yaitu di daerah Surya Bakti kelurahan Pekat, Jalan Yos Sudarso Kelurahan Uma Sima, dan di daerah Gunung Galesa kecamatan Moyo Hilir. Kegiatan ini mencakup studi kepustakaan, serta penelitian lapangan yang bertujuan untuk menghimpun semua informasi tentang Dinamika NW di Sumbawa.
4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan diperoleh dari sumber wawancara. Data-data wawancara diperoleh dari aktivis organisasi NW yang punya andil dalam pergerakan NW di Sumbawa.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data antara lain dengan penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data dengan metode ini adalah untuk meneliti karya yang berkaitan dengan Nahdlatul Wathan pasca meninggalnya Zainuddin.
Tekhnik lain yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah interview (wawancara) yaitu melakukan wawancara secara mendalam mengenai beberapa aspek yang diperlukan untuk dikaji, khususnya perkembangan organisasi NW di Sumbawa. Wawancara dilakukan dengan tiga koresponden (narasumber) yang di yakini mengetahui dan terlibat langsung dalam pergerakan NW di Sumbawa. Nara sumber tersebut yakni H. Putra Akbar , H. Mas’un , dan H. Agus Salim.
Dari informasi tertulis yang kami dapatkan, belum ada kajian atau penelitian yang mengkhususkan pembahasannya pada Dinamika NW di Sumbawa. Meski demikian, sumber-sumber tertulis tersebut cukup bermanfaat untuk dijadikan bahan acuan dan perbandingan dalam penulisan makalah ini.
6. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, adapun data yang di analisis adalah data skunder dan primer. Data sekunder berupa materi materi yang didapat dari perpustakaan. Data primer dalam penelitian ini ialah hasil wawancara terhadap responden
BAB IV
HASIL WAWANCARA DAN PEMBAHASAN
Data wawancara: Q = Penanya
A = Narasumber
4.1 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Putra Akbar, Rabu,12 Mei 2011.
Q: Kapan masuknya NW ke Sumbawa?
A: NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an,
Q: Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
A: NW pertama kali masuk ke Sumbawa melalui orang-orang Lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran,
Q: Melalui jalur apa NW masuk ke Sumbawa?
A: NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan,
Q: Bagaimana kehidupan masyarakat di Sumbawa sebelum masuknya NW?
A: Dalam dunia pendidikan kehidupan masyarakatnya masih kurang. Kalau dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan,
Q: Bagaimana interaksi NW dengan kebudayaan di Sumbawa?
A: NW berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa,
Q: Bagaimana Dinamika NW di Sumbawa?
A: Dinamika NW di Sumbawa saya rasa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus membangun sekolah-sekolah dan pesantren.
Pembahasan:
NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an melalui orang-orang Lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran. NW masuk ke Sumbawa melalui beberapa jalur yaitu, jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan.
NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an melalui orang-orang Lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran. NW masuk ke Sumbawa melalui beberapa jalur yaitu, jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan.
Sebelum NW masuk ke Sumbawa, kehidupan masyarakat dalam dunia pendidikan masih kurang. Sedangkan dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan.
NW dengan mudah berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa. Dinamika NW di Sumbawa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus membangun sekolah-sekolah dan pesantren.
4.2 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Mas’un (Ketua IKL), kamis,13 Mei 2011.
Q: Apa pengertian NW?
A: Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air.
Q: Apa tujuan pendirian NW?
A: Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Q: Bagaimanakah masuknya NW di Sumbawa?
A: Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
- Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
- Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
- Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.
Q: Bagaimanakah perkembangan NW di Sumbawa?
A: 1. Dalam bidang pendidikan :
a. Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa,
b. Pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk,
c. Pendirian Pondok Pesantren di Alas.
2. Dalam bidang sosial :
a. Masyarakat NW memiliki sifat kegotongroyongan yang kuat,
b. Melakukan khitanan massal,
c. Menghadiri upacara kematian.
3. Dalam bidang dakwah :
a. Melaksanakan pengajian yang difasilitasi oleh muslihat NW. Pengajian tersebut dilakukan di rumah-rumah warga secara bergantian sekaligus diadakannya arisan oleh kaum ibu-ibu.
b. Dilakukannya mukaddimah hizb NW, misalnya di daerah Surya Bakti, hizb NW tersebut dilakukan secara rutin setiap malam jum’at.
Q: Apa penyebab pecahnya NW pusat?
A: Adanya perbedaan pendapat para tokoh NW di pusat mengakibatkan NW di pulau Lombok pecah menjadi 2 yaitu NW Anjani dan NW Pancor.
Q: Bagaimana pengaruh perpecahan NW di pusat terhadap perkembangan NW di Sumbawa?
A: Para tokoh NW di Sumbawa tidak memandang adanya perbedaan di pusat, mereka menerima semua keputusan yang ditentukan dari NW Pancor maupun dari NW Anjani. Di daerah Sumbawa, tokoh NW dan masyarakatnya hanya mengenal NW Samawa saja.
Q: Terimakasih atas informasi dan waktu Bapak.
Pembahasan:
Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air. Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air. Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
1. Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
2. Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
3. Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.
4.3 Petikan Hasil Wawancara dengan H. Agus Salim (Penasehat NW), Jum’at, 14 Mei 2011.
Q: Begini pak, jika tidak keberatan kami dari STKIP Hamzanwadi Selong Multi Kampus Sumbawa hendak menanyakan hal yang berkaitan dengan NW di Sumbawa ?
A: Oh silakan. Apa yang bisa saya bantu ?
Q: Bagaimanakah dinamika NW di Sumbawa ?
A: Awal mulanya NWDI mendapat izin dari pemerintahan Hindia-Belanda pada tanggal 1937. Tapi mulai berdiri itu pada tanggal 22 agustus 1937, sedangkan NBDI berdiri pada tanggal 21 april 1943. Yang ditanamkan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah semangat perjuangan, cinta tanah air dan patriotisme melawan penjajah.
Tuan Guru mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid yang menghilang hingga sekarang, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Dan yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang digunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 70-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970. Pada tahun 1973, saya (Bapak H. Agus Salim) diarahkan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan ke Pancor sebagai salah satu dampak dari penyebarannya yang sedemikian pesat.
Pada tahun 70-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Dulu ada yang namanya Bapak H Kalam, seorang pemuka NW. Beliau mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998, yaitu ketika ketika Soeharto turun dari takhta. Penyebab internalnya adalah disebabkan perbedaan pendapat antara kedua putri TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Awal perseteruan mereka adalah masalah pernikahan yang kemudian semakin parah karena timbulnya masalah perbedaan pendapat dan kepentingan.
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW pancor dan NW anjani. NW pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan dikemudian hari.
Q: Apakah kedua anak TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah saudara kandung?
A: Mereka adalah saudari seayah. Siti Raehanun mempunyai Ibu berasal dari Jenggi sedangkan Siti Rauhun mempunyai Ibu yang berasal dari Selong.
Q: Lalu, seperti apa dampak perpecahan NW di Sumbawa?
A: Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1. Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2. Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D.
Q: Menurut Bapak, bagaimana perbandingan antara NW zaman dulu dengan sekarang?
A: Jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Secara pribadi saya (Bapak H. Agus salim) menilai bahwa H. Iwan Jazadi, M.Ed, Phd hanya berhasil di bidang pendidikan.
Disamping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D yaitu Ibu Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya.
Q: Lalu apa harapan Bapak ke depannya?
A: 1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
3. Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.
Pokok NW adalah iman dan taqwa.
Iman itu adalah : 1. Kelompok berilmu mengajarkan ilmunya.
2. Kelompok tidak berilmu belajar ilmu.
3. Orang bekerja harus dengan ilmu.
Karena orang beriman adalah orang yang senang kepada orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan takwa adalah orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa yaitu:
1. Orang yang mampu mengendalikan nafsu.
2. Orang yang tulus ikhlas, bersih hati dalam segala aspek keidupan.
3. Orang yang berdiri di atas imannya sendiri.
Q: Terima kasih Pak atas informasinya. Banyak sekali ilmu yang kami dapatkan pada kesempatan ini. Terima kasih pula telah meluangkan wakunya untuk kami. Semoga NW ke depan akan lebih berkembang lagi.
A: Sama-sama.
Pembahasan:
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 1970-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970.
Pada tahun 1970-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Bapak H. Kalam, seorang pemuka NW, mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW Sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998. Penyebab internalnya adalah bibit-bibit perseteruan antara Raehanun dan Rauhun (saudara kandung) yang telah lama muncul. Lalu ditambah kontroversi seputar pemakaman jenazah Lalu Gde Wiresentane (suami Siti Raehanun), hingga terpilihnya Siti Raehanun dan Abdul Hayyi Nu’man sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jendral PB NW periode 1998-2003. Terpilihnya mereka berdua meningkatkan suhu perseteruan antar kedua kubu Raehanun dan Rauhun. Pendukung Rauhun menganggap bahwa terpilihnya Raehanun tidak sah dan melanggar Anggaran Dasar NW yang tetap menjunjung tinggi mazhab Imam Syafi’i, salah satu fatwa fiqhnya melanggar perempuan sebagai pimpinan.
Perseteruan tersebut memuncak dari yang semula sekedar perbedaan pendapat meningkat menjadi perbedaan pilihan politik. Konflik terbuka pun tidak dapat dihindari.
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW Pancor dan NW Anjani. NW Pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW Anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan di kemudian hari.
Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1. Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2. Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D.
Perbandingan antara NW yang dulu dengan yang sekarang jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Bapak H. Agus Salim menilai bahwa H. Iwan Jazadi, S.Pd., M. Ed, Ph.D hanya berhasil di bidang pendidikan.
Di samping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D yaitu Ibu Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya.
Harapan Bapak H. Agus Salim untuk NW ke depan adalah:
1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal-jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
3. Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.
Pokok NW adalah iman dan taqwa.
Iman itu adalah : 1. Kelompok berilmu mengajarkan ilmunya.
2. Kelompok tidak berilmu belajar ilmu.
3. Orang bekerja harus dengan ilmu.
Karena orang beriman adalah orang yang senang kepada orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan takwa adalah orang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa yaitu:
1. Orang yang mampu mengendalikan nafsu.
2. Orang yang tulus ikhlas, bersih hati dalam segala aspek keidupan.
3. Orang yang berdiri di atas imannya sendiri.
4.4 Rangkuman Pembahasan
Pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 1937 M. Zainuddin mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Lembaga pendidikan ini memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia-Belanda tanggal 17 Agustus 1937 M. Sedang madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang khusus untuk wanita didirikan tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H, bertepatan dengan tanggal 21 April 1943 M.
Dalam pengajarannya, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menanamkan semangat perjuangan, cinta tanah air dan patriotisme melawan penjajah. Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW :
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2. Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
1. Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
2. Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
3. Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa. (H. Mas’un)
NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa Sunatan massal, panti asuhan. ( H. Putra Akbar)
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mempunyai 3 saudara yaitu TGH. Faisal Abdul Madjid, TGH. Fadil Abdul Madjid, dan TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid. Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Pagi, siang dan malam jamaahnya selalu mengadakan pengajian. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan. (H. Agus Salim)
Sedangkan di Sumbawa, berkembangnya itu sekitar tahun 1970-an secara organisasi. Sedangkan kalau secara pribadi sudah menyebar sebelum tahun 1970. Pada tahun 1973 , Bapak H. Agus Salim diarahkan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan ke Pancor sebagai salah satu dampak dari penyebaran NW yang sedemikian pesat.
Pada tahun 1970-an itu juga, terbentuk Pengurus Daerah NW. Pak Iskandar adalah pengurus daerah pertama. Dibantu pula oleh Bapak H. Mas’un, Bapak H. Imran Nawawi, dan Bapak M. Yamin. Mereka adalah pemerakarsa terbentuknya Pengurus Daerah NW.
Bapak H. Kalam, seorang pemuka NW, mewakafkan sebidang tanah yang digunakan sebagai tempat membangun NW Sumbawa sekarang.
Kemudian, setelah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid meninggal pada tanggal 21 Oktober 1997, NW pecah sekitar tahun 1998, yaitu ketika ketika Soeharto turun dari takhta. Penyebab internalnya adalah bibit-bibit perseteruan antara Raehanun dan Rauhun (saudara kandung) yang telah lama muncul. Lalu ditambah kontroversi seputar pemakaman jenazah Lalu Gde Wiresentane (suami Siti Raehanun) yang berakibat penghentian penggalian liang kubur yang semula hendak dimakamkan di Kompleks Pegedengan Pancor, samping makam Zainuddin. Keputusan tempat pemakaman tersebut mengundang protes dari keluarga Siti Rauhun. Menurutnya, keputusan tersebut tidak melibatkan keluarga Siti rauhun. Alasannya, pemakaman tersebut melanggar wasiat Zainuddin di mana kanan-kiri makamnya diperuntukkan bagi kedua putrinya (Siti Raehanun dan Siti rauhun). Siti Raehanun dan Siti Rauhun adalah saudara seayah. Siti Raehanun mempunyai Ibu yang berasal dari Jenggi, sedangkan Siti Rauhun mempunyai Ibu yang berasal dari Selong.
Awal perseteruan antara Raehanun dan Rauhun, terjadi ketika putra Raehanun yang bernama Lalu Gde Muhammad Ali Wirasakti Amir Mumi menikah dengan putri Rauhun bernama Siri Hidayati yang baru berusia belasan tahun dan sedang duduk di kelas II SMU. Pihak Rauhun menuntut agar Siti Hidayati kembali ke tengah keluarga kepada pihak Raehanun yang memaksa menikahkan kedua saudara misannya.
Pada tanggal 24-26 Juli 1998, di gelar Muktamar X NW di Praya Lombok Tengah NTB. Dalam muktamar tersebut, Siti Raehanun dan Abdul Hayyi Nu’man sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jendral PB NW periode 1998-2003. Terpilihnya mereka berdua meningkatkan suhu perseteruan antar kedua kubu Raehanun dan Rauhun. Pendukung Rauhun menganggap bahwa terpilihnya Raehanun tidak sah dan melanggar Anggaran Dasar NW yang tetap menjunjung tinggi mazhab Imam Syafi’i, salah satu fatwa fiqhnya melanggar perempuan sebagai pimpinan.
Perseteruan tersebut memuncak dari yang semula sekedar perbedaan pendapat meningkat menjadi perbedaan pilihan politik. Konflik terbuka pun tidak dapat dihindari.
Perpecahan itu mengakibatkan terbentuknya 2 kubu yaitu NW Pancor dan NW Anjani. NW Pancor dipimpin oleh Zainul Madji yang dibelakangnya ada Siti Rauhun dan NW Anjani yang dipimpin oleh Siti Raehanun. Terjadinya polemik seperti itu seolah-olah sudah terbayang oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebab sebelum meninggal beliau pernah berwasiat. Isi wasiatnya adalah agar kedua putrinya dapat berjalan seiring seiya sekata karena akan ada cobaan di kemudian hari.
Perpecahan NW di Selong berdampak pula di Sumbawa. Di Sumbawa terbentuk 2 pengurus yaitu:
1. Pengurus Anjani, yang diketuai oleh Bapak Drs. Nukman, dibantu oleh Ustad Bakri dan Pak H. Yusuf.
2. Pengurus Pancor, yang diketuai oleh Bapak H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D. (H. Agus Salim)
Para tokoh NW di Sumbawa tidak memandang adanya perbedaan di pusat, mereka menerima semua keputusan yang ditentukan dari NW Pancor maupun dari NW Anjani. Di daerah Sumbawa, tokoh NW dan masyarakatnya hanya mengenal NW Samawa saja. (H. Mas’un)
1. Dalam bidang pendidikan :
a. Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa,
b. Pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk,
c. Pendirian Pondok Pesantren di Alas.
2. Dalam bidang sosial :
a. Masyarakat NW memiliki sifat kegotongroyongan yang kuat,
b. Melakukan khitanan massal,
c. Menghadiri upacara kematian.
3. Dalam bidang dakwah :
a. Melaksanakan pengajian yang difasilitasi oleh muslihat NW. Pengajian tersebut dilakukan di rumah-rumah warga secara bergantian sekaligus diadakannya arisan oleh kaum ibu-ibu.
b. Dilakukannya mukaddimah hizb NW, misalnya di daerah Surya Bakti, hizb NW tersebut dilakukan secara rutin setiap malam jum’at. (H. Mas’un)
Perbandingan antara NW yang dulu dengan yang sekarang sudah jauh berbeda. Dulu, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan sistem membangun jamaah dulu baru membangun lembaga. Kalau yang sekarang vakum, mereka hanya bergerak di lembaga-lembaga. Hal ini disebabkan karena sistem yang mereka gunakan berlawanan dengan Tuan Guru, yaitu membangun lembaga dulu baru membangun jamaah sehingga tak adanya perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap NW. Dulu senjata yang di pakai oleh Tuan Guru melalui pengajian dan dakwah hanya hizban, yaitu kumpulan doa-doa karangan Tuan Guru. Beliau tidak pernah meminta bantuan dana kepada orang lain dalam membangun NW, murni dari Beliau dan seluruh santri-santrinya. Kalau sekarang dengan proposal meminta dana ke pemerintah pusat. Organisasi sekarang bergerak membangun lembaga. Di bidang dakwah dan pendidikan berjalan lancar, tapi di bidang sosial belum maksimal, di bidang ekonomi jamaah benar-benar macet, ini di sebabkan oleh manajemen pengurus yang belum maksimal. Karena tugas organisasi adalah mengurus jamaah dan anggota. Bapak H. Agus Salim menilai bahwa H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D hanya berhasil di bidang pendidikan.
Di samping organisasi NW, ada juga pengurus muslimat NW. Ini adalah organisasi khusus wanita. Istri H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed, Ph.D yaitu Ibu Hj. IGA Widari, SE, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan adalah yassinan, pengajian, arisan. Tapi organisasi ini pun belum maksimal disebabkan oleh pengurusnya yang kurang aktif. Karena tugas pengurus itu adalah pembukuan, administrasi dan daftar jamaah. Tapi prakteknya jika ada pertemuan, pemberitahuannya melalui SMS, padahal di sini peran pengurus sebenarnya. (H. Agus Salim)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
- Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
- Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial seperti sunatan massal dan panti asuhan yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
- Dakwah, berupa pelaksanaan pengajian dan mukaddimah hizb NW. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.
- Pendidikan. Didirikannya pondok pesantren di kelurahan Lempeh yaitu Pondok Pesantren NW Samawa, pendirian Pondok Pesantren di Lunyuk, pendirian Pondok Pesantren di Alas.
Orang yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa adalah TGH. Akhmad Rifa’i Abdul Madjid dengan kepindahannya ke Sumbawa setelah selesainya pergolakan dengan penjajah. Setelah TGH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid, NW juga dibawa oleh para transmigran yang merupakan abituren atau pecinta NW (alumni) dari NW pusat. Sistem yang mereka gunakan pada saat itu yaitu membangun pengajian biasa yang jumlah jamaahnya mencapai 300-400 orang. Mereka tidak membangun gedung dulu. Setelah pengikutnya banyak baru dibangun gedung di Alas, tepatnya di Kampung Baru dan namanya Gedung Majelis. Lalu berkembang juga di Moyo Hulu, tepatnya di Batu Tering. Kemudian selanjutnya berdiri cabang-cabang NW hampir di setiap kecamatan.(H. Agus Salim)
Perjuangan NW yang dimulai sejak kelahiran Madrasah NWDI, dari tahun ke tahun terus mengalami dinamika dan perubahan. Adapun perubahan penting yang dialami organisasi NW adalah berkembangnya peran dan fungsi NW sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjalankan aktivitas dalam bidang penguatan masyarakat sipil (civil society). Oleh karena itu, NW sekarang dikenal sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
5.2. Saran
1. Pengurus NW harus bersatu. Karena yang ada sekarang mereka bersatu hanya dalam ucapan, tapi dalam praktek tidak.
2. Pengurus harus aktif membina jamaah melalui organisasi. Mereka harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasi. Karena paham NW adalah ahlussunnah wal jama’ah yang artinya mengamalkan al-Qur’an dan hadist secara bersama-sama.
3. Bangun dulu jamaahnya baru organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Masnun. 2007. Tuan Guru KH. Muhammmad Zainuddin Abdul Madjid: Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Pustaka Al-Miqdad.
Muhammad Zainuddin.2009.Organisasi Nahdlatul Wathan.www.zaikenawa.co.cc
Putri, Yulia. 2010. Pengertian Dinamika. yulia-putri.blogspot.com.
Saharudin. 2009. Ke-NW-an. Selong: www.sahartugas.blogspot.com
L A M P I R A N – L A M P I R A N
Petikan Hasil Wawancara dengan H. Putra Akbar, Rabu,12 Mei 2011.
Q: Kapan masuknya NW ke Sumbawa?
A: NW masuk ke Sumbawa sekitar tahun 60-an,
Q: Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
Q: Siapa yang pertama kali membawa NW ke Sumbawa?
A: NW pertama kali masuk ke Sumbawa melalui orang-orang lombok yang bekerja di Sumbawa dan yang menjadi transmigran,
Q: Melalui jalur apa NW masuk ke Sumbawa?
A: NW masuk ke Sumbawa melalui jalur pendidikan contohnya dengan pendirian pesantren di Batu Tering, dalam jalur dakwah berupa pengadaan Majelis Taqlim dan dalam jalur sosial berupa sunatan massal, panti asuhan,
Q: Bagaimana kehidupan masyarakat di Sumbawa sebelum masuknya NW?
A: Dalam dunia pendidikan kehidupan masyarakatnya masih kurang. Kalau dalam dunia agama, kehidupan masyarakatnya cenderung bersendikan Budha karena masuknya Islam melalui kerajaan,
Q: Bagaimana interaksi NW dengan kebudayaan di Sumbawa?
A: NW berasimilasi karena adanya kesesuaian antara NW dengan kebudayaan di Sumbawa,
Q: Bagaimana Dinamika NW di Sumbawa?
A: Dinamika NW di Sumbawa saya rasa terus mengalami perkembangan. Karena sampai saat ini khususnya dalam dunia pendidikan, NW masih terus membangun sekolah-sekolah dan pesantren.
Petikan Hasil Wawancara dengan H. Mas’un (Tokoh NW, Ketua IKL), kamis,13 Mei 2011.
Q: Apa pengertian NW?
A: Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air,
Q: Apa tujuan pendirian NW?
A: Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW:
A: Nahdlatul Wathan merupakan perjuangan tanah air,
Q: Apa tujuan pendirian NW?
A: Tujuan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NW:
1. Membangkitkan keadaan masyarakat Lombok
Beliau berniat ingin melepaskan masyarakat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman para penjajah. Selain itu niat utamanya adalah dengan didirikan NW beliau dapat menjalankan syariat Islam yang sesungguhnya.
2.Ingin melepaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, karena selama penjajahan selalu ditindas.
Q: Bagaimanakah masuknya NW di Sumbawa?
A: Sebenarnya NW masuk di Sumbawa sejak NW didirikan di pulau Lombok, tetapi sifatnya masih perorangan dengan modal dasar keyakinan. Riwayatnya:
- Masyarakat Lombok yang bergabung di NW, pindah ke Sumbawa untuk membawa keyakinan tersebut dengan tujuan memperkenalkan NW di Sumbawa.
- Melalui organisasi. Tokoh-tokoh NW membawa organisasi tersebut secara langsung ketika mereka pindah ke Sumbawa, lalu membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan sosial yang mencerminkan sikap kemanusiaan.
- Dakwah. Tokoh-tokoh NW melakukan dakwah dan menyebarkan visi dan misi NW di Sumbawa. Dakwah tersebut dilakukan di daerah-daerah tertentu di mana daerah tersebut didominasi oleh suku sasak. Dengan adanya dakwah tersebut, dapat menambah keyakinan masyarakat untuk menyebarkan NW di Sumbawa.